Jakarta (ANTARA News) - Duta Besar Malaysia untuk Indonesia Dato` Zainal Abidin Zain mengatakan bahwa pihaknya telah menyebarkan keberatan pemerintah Indonesia atas penyebutan "Indon" bagi warga negara Indonesia oleh media Malaysia. "Saya sudah sebarkan ke seluruh koran Malaysia bulan lalu, saya harap dengan datangnya surat ini mereka akan gunakan kata INA bukan lagi Indon, karena itu yang dikehendaki oleh Indonesia," kata Zainal Abidin di Kedutaan Besar Malaysia untuk Indonesia, di Jakarta, Kamis. Menurut dia, sebetulnya tidak ada niat langsung dari pihak Malaysia untuk merendahkan WNI dengan perkataan "Indon". "Yang menggunakan Indon hanya koran, koran memakai ini karena mereka mau menghemat kata (huruf-red). Pihak Indonesia telah keberatan sejak lama, tapi koran Malaysia tetap melakukan untuk menghemat kata. Saya beritahu ke pihak Indonesia untuk mengeluarkan suatu nota dan nanti saya akan sebarkan ke seluruh koran ke Malaysia, Indonesia sudah keluarkan," katanya. Sementara itu dua pekan lalu, masyarakat Indonesia di Kuala Lumpur memprotes pers Malaysia atas berita-berita Indonesia yang dimuat dan disiarkan dinilai cenderung negatif dan membuat citra Indonesia buruk di mata masyarakat Malaysia. Atase Penerangan KBRI di Malaysia, Eka A Soeripto, dan beberapa wakil masyarakat Indonesia menyatakan protes dan keberatan terhadap pers Malaysia yang sering menulis "Indon" untuk menyebut negara dan bangsa Indonesia. "Di dunia ini tidak ada yang mengenal Indon. Yang adalah Indonesia," kata Eka. Selain penggunaan kata Indon, masyarakat Indonesia juga banyak memprotes pers Malaysia yang tidak berimbang. Nasrullah, pengamat media dari Universitas Kebangsaan Malaysia, mengemukakan banyak pers Malaysia yang memberitakan pekerja Indonesia terkait dengan kriminalitas dan kericuhan sosial, tapi ternyata kemudian tidak terbukti. Ia memberikan contoh beberapa judul berita, "Mafia Indon Mengganas" (Harian Metro), "25.000 Pekerja Indonesia Bawa Penyakit ke Malaysia Setiap Tahun (Utusan Malaysia), "PRT Indon Menculik Anak".(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007