Bandarlampung (ANTARA News) - Staf Ahli Menko Kesra Bidang Pengembangan Program Multikulturisme, Dr Risman Musa MA, mengatakan bahwa jaringan aksi pornografi di Indonesia terorganisasi secara rapih.
"Serangan yang dilakukan pornografer begitu terorganisasi sehingga peran orang tua dan keterbukaan komunikasi dalam keluarga harus tetap diciptakan guna melindungi anak. Dan yang sangat penting adalah peran agama," katanya pada Rapat Koordinasi Gerakan Anti Pornografi dan Pornoaksi di Bandarlampung, Kamis.
Jaringan aksi pornografi melakukan hal tersebut karena merupakan bisnis yang menguntungkan.
"Karenanya, perlu pembatasan dan aturan yang jelas atas produk- produk mereka dengan berbagai media agar tidak mudah diakses anak-anak. Mari kita bergandengtangan untuk menyelamatkan generasi muda," katanya dengan tegas.
Pembicara dari Alliansi Selamatkan Anak Indonesia (ASA), Tatti Elmir, mengatakan bahwa peran media massa sangat besar dalam mempengaruhi jiwa anak yang mengarah ke pornoaksi.
"Tayangan televisi dan film-film seperti menjual keperawanan, seks bersama dan lainnya ditampilkan di televisi pada jam kumpul keluarga yakni sekitar jam delapan malam," katanya.
Selain itu, komik, gambar, games, film dari TV, HP, situs, film VCD/DVD, koran, dan majalah sebagai sarana termurah dan termudah untuk memasarkan porografi.
Data yang dilansir ASA menyebutkan, industri pornografi menghasilkan 57 miliar dolar AS per tahun di seluruh dunia.
"Penghasilan industri porno lebih besar dari seluruh penghasilan seluruh pemain sepak bola, bisbol, dan bola basket profesional serta franchise bola basket," katanya.
Pornografi anak menghasilkan tiga miliar dolar setiap tahun, dan industri porno Amerika melebihi penghasilan gabungan dari ABC, CBS dan NBC.
Data lainnya menyebutkan, rata-rata usia anak berkenalan dengan internet pornografi 11 tahun, sedang konsumen terbesar pornografi internet adalah kelompok berumur 12-17 tahun.
Persiapkan Anak
Cara untuk melindungi anak dari pengaruh pornografi, menurut ASA, adalah meningkatkan komunikasi yang baik dengan anak, serta memperbaiki harga diri dengan mengajarkan kepada anak untuk terbiasa ikut terlibat dalam memilih atau mengambil keputusan.
Selain itu adalah mengajarkan kepada anak untuk menghargai dan melindungi dirinya sendiri, mengenalkan pada anak tentang jenis-jenis sentuhan dan cara bereaksi terhadap sentuhan baik, buruk dan membingungkan.
Mengenalkan pada anak bedanya orang tua, teman, kenalan, sahabat dan kerabat, serta meyakinkan anak bahwa orang tua dan keluarga selalu melindungi dan menjaga mereka.
Hal lain yang harus dilakukan adalah selalui mewaspadai dengan siapa anak berada, karena di negara mana pun kekerasan dan perkosaan terhadap anak umumnya dilakukan oleh orang dekat dan dikenal anak dengan cara membujuk atau mengancamnya.(*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007