... takut akan persekutuan sangat berbahaya di antara kekuatan dengan pandangan menyimpang atas dunia: Amerika Serikat dan Rusia, Cina dan Korea Utara, (Vladimir) Putin dan (Bashar al-) Assad dalam perang di Suriah...

Milano (ANTARA News) - Paus Fransiskus memperingatkan pertemuan pemimpin 20 besar perekonomian dunia (G20) di Hamburg tidak membentuk persekutuan berbahaya dan merusak, yang dapat merugikan kaum miskin dan pendatang, dalam tulisan di harian Italia, la Repubblica, Sabtu.

"G20 membuat saya khawatir, mereka menyerang pendatang di negara separuh dunia dan bahkan lebih menyerang mereka seiring dengan perjalanan waktu," kata Paus Fransiskus, seperti dikutip dalam percakapan dengan pendiri surat kabar itu, Eugenio Scalfari.

Indonesia termasuk dalam G20, bersama dengan rekan Asia-nya, yaitu India, Jepang, Korea Selatan, dan China. Dari belahan Barat, Timur Tengah, dan Afrika, terdapat Prancis, Jerman, Argentina, Meksiko, Italia, Brazil, Turki, Rusia, Amerika Serikat, Afrika Selatan, Kanada, Inggris, Australia, Arab Saudi, dan Uni Eropa.

Perhelatan puncak G20 di Hamburg kali ini juga dironai demonstrasi cukup serius dari penentang G20.

Fransiskus, paus pertama bukan orang Eropa dalam 1.300 tahun, menyatakan takut akan persekutuan sangat berbahaya di antara kekuatan dengan pandangan menyimpang atas dunia: Amerika Serikat dan Rusia, Cina dan Korea Utara, (Vladimir) Putin dan (Bashar al-) Assad dalam perang di Suriah.

Ia menyatakan bahaya terbesar menyangkut imigrasi, dengan kaum miskin, lemah, tersisih dan terpinggirkan, bersanding dengan yang takut akan serbuan pendatang.

Negara Eropa Bersatu berselisih mengenai cara mengatasi arus masuk besar pendatang, banyak yang lari dari perang dan kemiskinan di Suriah, Afghanistan, dan negara lain.

Di puncak upaya menyelesaikan perbedaan atas perdagangan dan perubahan iklim, Angela Merkel, kanselir tuan rumah G20 Jerman, diharapkan memimpin pembahasan masalah itu.

Paus Fransiskus juga dikutip menyatakan Eropa harus menerapkan struktur federal sesegera mungkin atau tidak akan diperhitungkan sama sekali di dunia.

Pada Mei, paus berusia 79 tahun asal Argentina itu mendesak Eropa tidak melihat pendatang sebagai penjahat.

Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2017