Washington (ANTARA News) - Dana Moneter Internasional (IMF) pada Rabu mendesak negara-negara anggota G20 untuk mengurangi ketidakseimbangan eksternal berlebihan, sehingga pemulihan ekonomi global menjadi lebih tangguh.
"Pemulihan global tetap berada pada jalur, namun beberapa kekuatan yang mendorong pemulihan menambah kerentanan dan ketidakseimbangan luar biasa," kata IMF dalam sebuah catatan pengamatan yang dikeluarkan sebelum KTT G20 dimulai Jumat (7/7) di Hamburg, Jerman.
Menurut catatan penelitian, IMF menilai kemajuan dalam mengurangi ketidakseimbangan neraca berjalan yang berlebihan di ekonomi-ekonomi sistemik telah terhenti dalam beberapa tahun terakhir.
IMF mengakui bahwa ketidakseimbangan yang besar dan terus-menerus dapat menambah ketegangan pada sistem perdagangan multilateral.
Negara-negara dengan surplus neraca berjalan yang berlebihan, seperti Jerman dan Korea Selatan, harus menggunakan kebijakan fiskal untuk meningkatkan investasi publik atau permintaan domestik, sementara negara-negara dengan kelebihan defisit, seperti Amerika Serikat dan Inggris Raya, harus mengambil tindakan untuk mengkonsolidasikan kondisi fiskal mereka, menurut catatan
"Kedua negara-negara yang surplus dan defisit akan menghadapi masalah ini sekarang untuk menghindari koreksi turun yang lebih besar di jalan," Direktur Pelaksana IMF Christine Lagarde mengatakan dalam sebuah blog pada Rabu (5/7).
"KTT ini juga merupakan kesempatan untuk memperkuat sistem perdagangan global dan menegaskan kembali komitmen kami terhadap peraturan yang berlaku yang mempromosikan persaingan sambil menciptakan lapangan kerja yang seimbang," kata Lagarde.
IMF memberikan penilaian optimistis terhadap ekonomi global dalam catatan penelitian. "Kenaikan pertumbuhan pada kuartal pertama dan data frekuensi tinggi pada umumnya mengkonfirmasi penguatan aktivitas global, didukung oleh kenaikan siklikal dalam manufaktur, investasi, dan pertumbuhan perdagangan yang lebih kuat," kata IMF.
Dikatakan bahwa data ekonomi saat ini menunjukkan pandangan yang jauh lebih mirip dibandingkan dengan laporan Outlook World Economic April. Pada April, diperkirakan ekonomi global tumbuh 3,5 persen pada 2017 dan 2018 setelah tumbuh 3,1 persen pada 2016.
Namun, lembaga itu juga mengingatkan akan meningkatnya kerentanan finansial. Negara-negara emerging markets terus melihat peningkatan leverage perusahaan dan kerentanan bank, dan banyak negara-negara maju terus mengalami pembatasan profitabilitas sektor keuangan akibat suku bunga sangat rendah dan tingginya tingkat kredit bermasalah, demikian Xinhua.
(UU.A026)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017