"Tim kami sudah menemukan black box dari heli yang jatuh di Temanggung. Karena yang dapat membaca transkrip pembicraan dalam black box tersebut hanya pabriknya, kami mengirimkanna ke pabriknya di Prancis. Diperlukan waktu sekitar dua pekan untuk mendapatkan hasilnya," kata Kepala Basarnas, Marsekal Muda Muhammad Syaugi, seusai menghadiri rapat kerja antara Komisi V DPR RI dan Menteri Perhubungan, di Gedung MPR/DPR/DPD RI, Jakarta, Rabu.
Menurut Syaugi, Basarnas belum dapat memastikan apa penyebab kecelakaan helikopter milik Basarnas di kawasan Gunung Butak, di Temanggung, Jawa Tengah, Minggu (2/7) sore.
Basarnas, kata dia, masih menunggu hasil kerja Komisi Nasional Kecelakaan Transportasi (KNKT), termasuk pembacaan transkrip pembicaraan terakhir pilot dari black box.
Syaugi menjelaskan, halikopter Dauphin produksi Prancis tersebut bertugas melakukan pemantauan untuk membantun informasi arus mudik dan arus balik Lebaran 2017.
Helikopter terbang dari Bandara Ahmad Yani, Semarang, hari Minggu (2/7) sekitar pukul 16:00 WIB untuk melakukan pemantauan dan mengalami kecelakaan sekitar pukul 16:14 WIB.
"Pada saat terbang dari Bandara Ahmad Yani Semarang, udara cerah. Kami dapat laporan udara di lokasi kecelakaan berawan," katanya.
Ketika ditanya, soal jam terbang pilot, Syaugi menjelaskan, pilotnya adalah orang yang mumpuni menerbangkan helikopter.
"Pilotnya telah memiliki pengalaman terbang ratusan jam dan dia memang pilot helikopter tersebut. Jadi, kami tidak meragukan pilotnya," katanya.
Helikopter pada terbang dari Bandara Ahmad Yani Semarang, membawa delapan orang, yakni empat orang tim rescue dan empat orang kru.
Mereka yang menjadi korban adalah, Kapten Laut (P) Haryanto, Kapten Laut (P) Li Solihin, Serka Mpu Hari Marsono, dan Peltu LPU Budi Santoso.
Dari tim Basarnas yang menjadi korban yakni, Maulana Afandi, Nyoto Purwanto, Budi Resti, dan Catur Bambang Sulistio.
(Baca juga: Kotak hitam helikopter Badan SAR Nasional ditemukan)
Pewarta: Riza Harahap
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2017