Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, Kamis pagi, terpuruk hingga jauh di atas level Rp8.700 menjadi Rp8.745/8.755 dibanding dengan penutupan hari sebelumnya Rp8.672/8.675 atau turun 73 poin. Analis Valas PT Bank Saudara, Yusuf, di Jakarta, mengatakan para pelaku pasar masih melepas rupiah untuk mencari untung (profit-taking), bahkan pelepasan mata uang lokal itu cenderung lebih besar ketimbang penutupan hari sebelumnya. Aksi lepas rupiah itu, karena pelaku menilai kenaikan rupiah sudah cukup tinggi dan saatnya untuk dilepas dalam upaya cari gain yang besar, katanya. Menurut dia, faktor utama penyebab terjadinya aksi lepas itu, karena ada kekhawatiran bahwa kenaikan mata uang lokal itu merugikan eskportir dan menguntungkan importir. Rupiah dianggap menguntungkan baik bagi eksportir maupun importir apabila posisinya berada pada level antara Rp9.000 sampai Rp9.300 per dolar AS, katanya. Bank Indonesia sendiri sebelumnya menyatakan rupiah yang stabil dalam kisaran antara Rp9.000 sampai Rp9.300 per dolar AS sangat baik bagi eksportir maupun importir. Pernyataan otoritas moneter itu memicu pelaku asing dan lokal melepas rupiah dan membeli dolar AS sehingga mata uang lokal itu kembali terpuruk, katanya. Menurut dia, koreksi rupiah pada saat ini diperkirakan hanya sesaat saja, melihat potensi pasar yang cukup besar mata uang lokal itu diperkirakan akan kembali menguat. Rupiah sebelumnya menguat setelah Bank Sentral China menaikkan suku bunga serta memperlebar pita pergerakan mata uang Yuan. Kenaikan Yuan menyebabkan aliran modal internasional memasuki pasaran China untuk meraih keuntungan dari suku bunga, katanya. Besarnya tekanan negatif terhadap rupiah, menurut dia, juga akibat melemahnya pasar saham regional, akibat melemahnya pasar AS, sebelum pasar China dibuka. Kekhawatiran ini terjadi setelah Bank Sentral AS (The Fed) memberikan peringatan atas pergerakan harga saham di China. Sementara itu, euro terhadap dolar AS menjadi 1,3455 dan terhadap yen menjadi 163,60, sterling jadi 1,9861. Washington dan China sepakat akan menstabilkan yuan di pasar, meski kedua pihak tetap berbeda dalam mengapreasikan yuan tersebut. (*)

Copyright © ANTARA 2007