Bojonegoro (ANTARA News) - Stok air Waduk Pacal di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, menipis hanya tersisa sekitar 7,8 juta meter kubik sehingga diperkirakan tidak bisa untuk mencukupi kebutuhan tanaman pada pada musim tanam (MT) III kemarau.
Kasi Pemanfaatan Sumber Air Dinas Pengairan Bojonegoro Sutiyono, di Bojonegoro, Rabu, menjelaskan sisa stok air di Waduk Pacal di Desa Kedungsumber, Kecamatan Temayang sebesar 7,8 juta meter kubik dengan ketinggian air pada papan duga 109, 52 meter itu, per 5 Juli.
"Air Waduk Pacal tidak dikeluarkan sejak 31 Mei lalu. Tapi, selama tidak dikeluarkan tidak ada tambahan air hujan," ucapnya.
Meski demikian, menurut dia, tanaman padi di sepanjang daerah irigasinya di sejumlah kecamatan antara lain, Kecamatan Sukosewu, Kapas, Balen, Sumberrejo dan Kecamatan lain dengan luas sekitar 20.000 hektare, tidak ada masalah.
Tanaman padi di sepanjang daerah irigasinya itu, lanjut dia, sudah tidak membutuhkan air lagi karena sudah panen sejak Juni .
"Tanaman padi di sepanjang daerah irigasi Waduk Pacal yang panen sudah mencapai 80 persen, sedangkan sisanya panen Juli ini," katanya menegaskan.
Menghadapi MT III kemarau, ia sudah mengimbau kepada Himpunan Petani Pemakai Air (HIPPA) di sepanjang daerah irigasi Waduk Pacal, untuk tidak menanam tanaman padi lagi dengan pertimbangan air yang tersedia tidak akan mencukupi untuk tanaman padi.
Selain itu, lanjut dia, Balai Besar Bengawan Solo di Solo, Jawa Tengah, juga melakukan perbaikan jaringan irigasi Waduk Pacal, sehingga tidak bisa dimanfaatkan untuk mendistribusikan air Waduk Pacal.
"Kami minta petani menanam tanaman palawija, sebab tujuan lainnya untuk memutus siklus perkembangan hama wereng yang sekarang ini menyerang tanaman padi," kata dia menjelaskan.
Menjawab pertanyaan kemungkinan ada petani yang tetap menanam padi pada MT III, menurut dia, dinas pengairan tidak bisa melarang.
"Tetapi kalau gagal panen karena kesulitan air ya menjadi tanggung jawab petani sendiri," ujarnya.
Waduk Pacal, yang pada awal dibangun Belanda pada 1933, dengan luas sawah baku 16.683 hektare, mampu menampung air hujan sebesar 42 juta meter kubik.
Karena faktor usia, juga tingginya sedimen yang masuk ke dalam waduk, ditambah bangunan pelimpas yang jebol, maka daya tampungnya menyusut hanya sekitar 19 juta meter kubik.
Ia menambahkan para petani di sepanjang daerah irigasinya yang sawahnya "non" teknis tidak masuk sawah baku juga ikut mengambil air dengan memanfaatan pompa air.
"Ada dua ratusan pompa air liar yang mengambil air dari saluran irigasi," ucapnya.
Pewarta: Slamet Agus Sudarmojo
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2017