Wina (ANTARA News) - Iran membuat kemajuan penting dalam pengayaan uranium dalam pembangkangan terhadap tuntutan dunia, kata pengamat PBB, Rabu, sehingga membuka jalan bagi sanksi lebih keras atas Teheran sehubungan dengan kekhawatiran negara itu berusaha membuat bom atom. Temuan itu dalam suatu laporan oleh Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) disampaikan pada hari sembilan kapal perang AS berlayar menuju Teluk untuk memperlihatkan ketidak-sabaran Amerika terhadap Teheran, yang juga dituduhnya mendukung gerilyawan di Irak. Washington mengirim sembilan kapal perang AS ke Teluk, perairan sempit internasional di lepas pantai Iran dan perlintasan penting bagi pengiriman minyak global. Harga minyak naik mendekati 70 dolar AS per barel di pasar dunia, sebagian karena berita mengenai kedatangan kekuatan tempur tersebut. Angkatan Laut AS menyatakan kapal perang itu, yang meliputi dua kapal induk, akan "melakukan pelatihan" di bawah pengawalan yang telah lama direncanakan guna meyakinkan kembali sekutu lokal AS di Teluk mengenai komitmen Amerika bagi keamanan Teluk. Iran tak mengacuhkan tenggat 60-hari lagi yang ditetapkan oleh Dewan Keamanan (DK) PBB ketika badan dunia tersebut memberlakukan serangkaian sanksi kedua pada 24 Maret, dan masih menghalangi penyelidikan IAEA terhadap rangkaian penuh programnya, kata laporan itu. "Iran belum menghentikan kegiatannya yang berkaitan dengan pengayaan (uranium). Iran telah melanjutkan operasi di instalasi pengayaan bahan bakarnya dan di instalasi pengayaannya (yang direncanakan bagi industri)," kata laporan tersebut. Iran telah memasang 1.640 sentrifugal untuk memperkaya uranium dan menginjeksi gas uranium "UF6" ke dalam sebanyak 1.300 mesin sentrifugalnya yang beroperasi secara bersamaan, katanya. Itu menandai kemajuan besar ke arah dasar industri bahan bakar nuklir setelah perubahan dari program tingkat-penelitian beberapa bulan lalu. "Anda lihat dari jumlah ini bahwa Iran mulai memasukkan sejumlah besar uranium dan dapat mempertahankan operasi ini, sehingga memperlihatkan mereka mampu melakukan pengayaan," kata seorang pejabat senior PBB yang mengetahui laporan tersebut. Sebagai reaksi, Iran menyatakan negara itu tetap terikat komitmen pada Kesepakatan Anti-Penyebaran Nuklir (NPT), sementara Barat curiga Teheran melanggarnya dengan memanfaatkan program nuklir yang dinyatakannya bertujuan sipil sebagai topeng untuk melancarkan cara membuat hululedak. Iran, yang sudah menyatakan akan memperluas pengayaan uranium, menyatakan negara itu berusaha memanfaatkan teknologi nuklir hanya untuk pembangkit listrik. Uranium yang diperkaya dapat digunakan bagi pembangkit listrik tenaga nuklir atau, jika diperhalus ke tingkat yang jauh lebih tinggi, untuk membuat bom. Enam negara besar mendukung resolusi DK PBB yang menuntut Iran menghentikan semua kegiatan bahan bakar nuklirnya sebagai imbalan bagi perundingan mengenai insentif perdagangan, dengan ancaman peningkatan sanksi jika Iran terus menolak. Sanksi lagi? Sementara itu Menteri Luar Negeri AS Condoleezza Rice tak mengomentari secara langsung laporan IAEA tersebut, tapi mengatakan Iran tampaknya melakukan apa saja yang dapat dilakukannya untuk membuat dirinya terkucil. Ia merujuk kepada dua resolusi sanksi PBB yang sudah disahkan terhadap Teheran. "Bagaimana dunia dapat percaya pada pernyataan Iran bahwa tujuannya damai jika para pemimpin Iran terus menyembunyikan keterangan dan kerjasama dari pengawas nuklir dunia?" kata Gregory Schulte, Duta Besar AS untuk IAEA --yang berpusat di Wina. Beberapa pejabat AS telah mengatakan negara besar akan mulai merancang sanksi ketiga yang lebih keras kalau tenggat diabaikan. Namun seorang diplomat senior Eropa di DK PBB mengatakan, "Saya kira kami takkan tergesa-gesa ke arah itu." Ia menyatakan ia menduga DK akan menunggu hasil pembicaraan penjajakan tingkat-tinggi mengenai masalah nuklir tersebut antara Uni Eropa dan Iran pekan depan, demikian Reuters.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007