Mataram (ANTARA News) - Gubernur Nusa Tenggara Barat Muhammad Zainul Majdi mengajak seluruh Aparatur Sipil Negara di Lingkungan Pemerintah Provinsi untuk menerapkan makna Al-Faidzin, baik di tempat kerja maupun dalam kehidupan sehari-hari.
"Kata Al-Faidzin, bermakna sebagai keberhasilan," kata gubernur pada hari pertama masuk kerja dan halal bi halal setelah libur panjang pasca hari Raya Idul Fitri 1438 Hijriyah di Mataram, Senin.
Gubernur menuturkan, untuk mencapai keberhasilan, ada beberapa syarat dan prasyarat yang harus dipenuhi, pertama adalah fokus, yakni mengkonsentrasikan diri serta mencurahkan tenaga, pikiran dan ilmu untuk mengerjakan kebaikan, seraya meninggalkan hal hal yang tidak baik.
"Syarat kedua untuk mencapai keberhasilan, itu adalah disiplin," ujarnya.
Diakui gubernur, tingkat kedisiplinan ASN Provinsi NTB berdasarkan data absensi kehadiran masuk dan pulang kerja, dari waktu ke waktu terus mengalami peningkatan. Namun, diingatkannya kedisiplinan tersebut, selayaknya tidak hanya diukur dengan angka dan data kehadiran di tempat kerja, akan tetapi juga pengaruhnya terhadap keberhasilan kerja.
Menurut Gubernur, kehadiran diri ASN harus memiliki pengaruh baik bagi kelangsungan pekerjaan yang ditugaskan. Sehingga, proses pencapaian target pembangunan dapat berjalan baik dan lancar.
Untuk itu, gubernur yang akrab disapa Tuan Guru Bajang (TGB) ini juga mengajak seluruh ASN, khususnya yang beragama Islam untuk menerapkan dalam kehidupan, seluruh pengalaman baik yang diperoleh di bulan ramadhan. Karena TGB yakin kebaikan yang diperoleh selama ramadhan akan memberikan dampak baik bagi pekerjaan dan kehidupan sosial sehari-hari.
"Saya mengajak kita semua untuk menunjukkan hal-hal yang produktif, kita curahkan seluruh sumber daya yang kita miliki, baik itu pemikiran, tenaga, ilmu maupun apapun yang kita miliki untuk menuntaskan apa yang menjadi tugas kita bersama," ucap gubernur.
Selain itu, momen pertemuan tersebut, juga dimanfaatkan gubernur untuk menyampaikan permohonan maaf kepada seluruh ASN yang hadir. Sebab menurut TGB, bermaaf- maafan merupakan sesuatu yang perlu, karena selama berinteraksi dan memimpin daerah tentu terdapat hal-hal yang kurang sesuai.
"Bermaafan juga memiliki makna mendukung segala proses yang saat ini berlangsung. Sehingga keberhasilan dan kesuksesan dapat diraih," tandasnya.
(U.KR-NIA/Y008)
Pewarta: Nur Imansyah
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017