Jakarta (ANTARA News) - Saatnya pemerintah lebih fokus pada kualitas hidup warga negara Indonesia (WNI) dimasukkan dalam kebijakan, yaitu rasa bahagia warga negara yang kini secara ilmiah sudah dibuatkan indeksnya.

Direktur Eksekutif Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA mengatakan hal itu di Jakarta, Senin, saat meluncurkan bukunya yang terbaru pasca Lebaran 2017: "Bahagia itu Mudah dan Ilmiah". Denny meringkaskan tiga puluh tahun penemuan ilmiah di bidang psikologi, neuroscience, hingga survei opini publik.

Dari list negara bahagia dunia (World Happiness Index) yang dikeluarkan SDSN 2016, Indonesia hanya berada di rangking ke 79, tapi pada tahun 2017, Indonesia turun lagi ke rangking 81.

Menurut list itu, 10 negara yang paling mampu membuat warganya bahagia umumnya negara skandinavia dan Eropa, seperti Denmark, dan Norwegia.

Persatuan Bangsa Bangsa (PBB) sejak tahun 2011 ikut andil merumuskan barometer untuk mengukur kemajuan sebuah negara. Hanya mengukur kemajuan negara dari pertumbuhan ekonomi seperti GDP, tidak lagi memadai.

Dulu soal bagaimana hidup bahagia dispekulasikan oleh filsafat dan dituntun oleh agama, tetapi sejak 30 tahun terakhir, ilmu pengetahuan melalui riset yang panjang memberikan tips dan cara untuk membuat individu bahagia.

Denny memformulakan ratusan riset itu selama 30 tahun itu dalam rumus sederhana 3P + 2S. "Inilah mindset dan habit yang secara ilmiah dan mudah bisa membuat warga hidup bahagia. Yaitu gabungan dari Personal Relationship, Positivity (cara berpikir positif), Passion (keterlibatan sepenuh hati), Small Winning (Pencapaian hidup) dan Spirituality (membangun hidup spiritual). Cukup detail, dalam bahasa mudah, dilengkapi dengan metode riset dan kisah human interest, buku itu menjabarkannya dalam 366 halaman," ujarnya dalam keterangan persnya.

Berbeda dengan yang selama ini diyakini. Mereka yang kaya dan pintar justru banyak yang tidak bahagia. Namun mereka yang miskin dan tidak berpengetahuan lebih banyak lagi yang tidak bahagia. Dengan panduan mindset 3P + 2S, individu justru lebih mudah hidup bahagia, terlepas dari kaya atau sederhana, pintar atau biasa saja.

Denny juga menggali lingkungan sosial, bentuk pemerintahan, yang lebih bisa mensimulasi warga negara untuk bahagia. Dari sepuluh negara yang paling tinggi indeks kebahagiannya (world happiness index), semuanya adalah negara demokratis yang kaya, yang menghargai kebebasan, dan keadilan.

Menurut Denny, apa bagusnya kemakmuran negara, tapi warga negaranya tidak bahagia? Saatnya pemerintah mempertimbangkan world happiness index dalam public policynya. Dan saatnya juga WNI mempunyai pengetahuan cara hidup bahagia secara mudah dan ilmiah.

Pewarta: Ruslan Burhani
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2017