Penganan khas masyarakat Melayu Rengat tersebut hanya bisa dijumpai ketika hari-hari besar seperti Idul Fitri, Idul Adha dan pesta pernikahan.
Berbeda dengan bolu-bolu lainnya di Indonesia, maka bolu berendam disajikan dalam keadaan basah atau berkuah.
Kuahnya bukan sembarang kuah, melainkan larutan gula yang diberi cengkeh, kayu manis dan adas. Maka tak heran, jika bolu berendam tersebut rasanya manis yang disukai tua dan muda.
Uniknya meski disajikan berkuah, bolu tersebut tidak hancur berderai. Teksturnya tetap padat. Hal itu yang membedakannya dengan bolu-bolu lainnya di Tanah Air.
Selain itu, bahan baku untuk membuat bolu itu pun berbeda dengan bolu pada umumnya, yang mana komposisi gula, telur dan tepung seimbang. Bolu Berendam hanya memerlukan sedikit tepung dan selebihnya gula dan telur. Perbandingannya, untuk sepuluh butir telur dan dua kilogram gula hanya memerlukan segenggam tepung terigu.
Jika bolu-bolu lainnya dicetak di loyang besar, maka bolu berendam dicetak pada loyang kecil berbentuk bunga dan manggis. Loyangnya pun harus dari kuningan. Jika sudah matang, kue tersebut berwarna kuning telur. Penyajiannya pun diletakkan pada piring-piring kecil.
Seorang pengusaha yang bergerak dibidang kuliner khas Melayu Rengat, Setiawan atau Iwan (34), mengatakan tak semua orang yang bisa membuat kue khas daerah itu.
"Yang bisa membuat kue tersebut, hanya orang-orang asli Rengat," kata Iwan.
Iwan menjelaskan keahlian membuat kue tersebut biasanya turun -temurun.
Bolu berendam pada mulanya adalah kue khas yang berasal dari Rengat, ibu kota Indragiri Hulu. Namun kini sudah menyebar ke seluruh wilayah itu.
Menurut cerita, kue tersebut merupakan kudapan kesukaan raja-raja Kerajaan Indragiri pada zaman dahulu.
Untuk membuat bolu tersebut, dibutuhkan kesabaran yang cukup tinggi dan banyak aturan yang harus diikuti.
Bolu itu juga dikenal kuat dengan nuansa mistisnya karena banyak pantangan yang harus diikuti, contohnya tidak boleh menggunakan tenaga listrik.
"Kalau pakai tenaga listrik, telurnya mengembang namun ketika dikukus bolunya bantat," jelas Iwa.
Menurut Iwan, ada teknik khusus ketika mengocok telur hingga mengembang. Jika terlalu cepat, rasa bolu tak sesuai dengan yang diharapkan.
Selain itu, pantangan yang harus diikuti adalah sang pembuat kue tidak sedang dalam keadaan datang bulan dan tidak boleh berkata-kata kasar.
"Kalau pantangan itu dilanggar, bolu pun menjadi bantat atau rasanya anyir".
Untuk membuat bolu berendam tersebut, setidaknya membutuhkan waktu dua jam. Hal itu yang membuat generasi muda enggan membuat kue tersebut karena membutuhkan kesabaran yang tinggi dan banyak pantangan yang harus diikuti.
Pembuatan bolu tersebut, dilakukan tergantung pesanan. Menjelang Hari Raya Idul Fitri 1438 H, ia mengaku kebanjiran pesanan.
Iwan mengaku sengaja tak membuat bolu tersebut setiap hari, karena bolu tersebut tidak tahan lama.
"Jadi ketika ada yang pesan, baru dibuat bolunya".
Hal itu menyulitkan wisatawan dari luar daerah yang ingin mencicipi penganan khas Melayu Rengat tersebut.
Orang tertentu
Warga Rengat, Tutik (40), mengatakan hanya orang-orang tertentu saja yang bisa membuat kudapan Melayu tersebut.
"Kalau yang tak pandai membuat bolu itu, rasanya aneh dan bau amis," kata Tutik.
Bolu tersebut hanya bisa dijumpai pada momen-momen tertentu saja terutama pada pesta pernikahan. Bolu itu merupakan salah satu dari lima jenis makanan pengantin yang disajikan.
"Rasa bolu berendam sangat manis, karena sebelum dihidangkan direndam dalam air gula. Karena terlalu manis, ada yang suka kue itu namun ada juga yang tidak suka".
Namun sekarang, kue itu semakin sulit dijumpai. Generasi muda yang bisa membuatnya pun semakin jarang.
Anugerah Pesona Indonesia
Kepala Disporapar Indragiri Hulu, Armansyah, mengatakan bolu berendam masuk kategori 10 besar Hidangan Tradisional Terpopuler 2017 pada Anugrah Pesona Indonesia (API) yang diselenggarakan Kementerian Pariwisata.
"Ini merupakan kebanggaan bagi kami, bolu berendam bisa masuk dalam nominasi API ini," kata Armansyah.
Arman menjelaskan pihaknya kerap membawa bolu tersebut pada ajang pameran dan festival.
"Kue ini memiliki keunikan sendiri, cita rasanya yang lezat membuat banyak pengunjung pameran yang terpikat," jelas Arman.
Arman mengatakan pihaknya berusaha menghidupkan kembali semangat generasi muda untuk belajar membuat bolu berendam melalui ajang tersebut.
"Kami berharap keberadaan kue khas Indragiri Hulu ini bisa tetap lestari," harap Arman.
Tak hanya bolu berendam yang bisa ditemui di Rengat. Di kota tersebut, juga ditemui replika istana Kerajaan Indragiri.
Replika istana terletak bersebelahan dengan danau tempat pemandian para raja atau Danau Raja. Pada saat hari-hari libur, Danau Raja banyak didatangi para wisatawan dari daerah sekitar.
Pewarta: Indriani
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2017