Cianjur (ANTARA News) - Pemasok sayur mayur di Cianjur, Jawa barat, merugi hingga puluhan juta rupiah akibat kemacetan yang terjadi saat mudik dan arus balik Idul Fitri 1438 Hijriah.
Pasalnya sayuran yang seharusnya di pasok ke sejumlah kota di Jabodetabek terpaksa banyak dibuang karena membusuk sebelum berhasil dikirimkan. Saat mudik dan arus balik, volume kendaraan yang melintas ke Cianjur setiap harinya lebih dari 60 ribu kendaraan roda dua dan empat.
"Beberapa kali polisi memberlakukan sistem buka tutup dan satu jalur, sehingga arus sering terhenti untuk beberapa jam, sehingga sayur yang kami bawa tidak lagi segar bahkan sudah membusuk sebelum sampai," kata Ujang Ibin (40) seorang pemasok sayuran pada wartawan, Minggu.
Dia menuturkan, saat musim mudik hingga arus balik, pemasok sayuran di Agro Cigombong, Cipanas, kesulitan mendistribusikan barang karena antrean panjang kendaraan yang terjadi setiap harinya di Jalur Puncak-Cipanas.
"Saya biasa mengirim sayuran ke sejumlah pasar tradisional di Jakarta, selama menjelang dan setelah lebaran, pendistribusian menjadi sulit karena macet total terjadi," katanya.
Macet total membuat pendistribusian tidak dapat dilakukan setiap saat seperti hari biasa, akibatnya sayuran yang berada di terminal sayuran Cigombong mengalami kerusakan hingga membusuk. Sayuran yang cepat membusuk seperti sawi putih, sawi hijau, tomat dan sayuran dengan kadar air tinggi lainnya.
"Ada yang sampai busuk di terminal Cigombong, ada juga yang busuk di jalan. Jadi kadang ketika sampai hanya setengahnya yang diterima pemesanan karena melihat kondisi bagus atau tidak," katanya.
Dia menilai satu pemasok biasanya mendapat untung dari setiap pengiriman Rp 3 juta sampai Rp 5 juta, namun selama musim mudik dan balik pemasok pmengalami kerugian yang cukup besar."Tinggal ditotalkan saja, berapa kerugian selama beberapa hari tidak mengirim," katanya.
Dia dan puluhan pemasok di Agro Cigombong, berharap pemerintah daerah segera merealisasikan pembangunan jalur Puncak II sebagai solusi kemacetan yang setiap tahun terjadi di wilayah tersebut agar perekonomian warga tetap berjalan dengan lancar.
Pewarta: Ahmad Fikri
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2017