Jakarta (ANTARA News) - Badan Nasional Penanggulangan Bencana melaporkan Kawah Sileri, Dieng, Jawa Tengah, ditutup untuk umum akibat meletus.
"Tidak ada korban jiwa meninggal dunia," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho lewat keterangan tertulisnya yang diterima di Jakarta, Minggu.
Berdasarkan laporan sementara dari BPBD Banjarnegara, saat terjadi letusan terdapat 17 orang pengunjung atau wisatawan. Sebanyak empat orang menderita luka-luka dan dirawat di Puskesmas I Batur.
Dia mengatakan Kawah Sileri berada di Kompleks Gunung Dieng di Desa Kepakisan, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah, tiba-tiba meletus pada Minggu sekitar pukul 12.00 WIB.
Letusan, kata dia, disertai material lahar dingin, lumpur dan asap hingga mencapai 50 meter sehingga mengenai wisatawan yang saat itu berada di sekitar Kawah Sileri. Tipe letusan adalah freatik yaitu letusan gas atau embusan asap dan material yang dipicu oleh tekanan gas yang berada di bawah permukaan.
Sutopo mengatakan petugas BPBD Kabupaten Banjarnegara, PVMBG, TNI, Polri, SKPD, relawan dan lainnya sudah berada di lokasi bencana. Pengunjung maupun warga diminta untuk meninggalkan lokasi dan untuk area kawah sudah dikosongkan. Kejadian tersebut berpotensi menimbulkan letupan susulan.
"Kawah Sileri merupakan salah satu objek wisata di Dieng Plateau, memiliki bentuk unik berupa kepundan datar, sehingga permukaan air kawah yang selalu mendidih terus mengalir ke permukaan yang lebih rendah," kata dia.
Dengan permukaan air mencapai empat hektare, kata dia, aktivitas kawah tersebut cukup tinggi dan sempat beberapa kali meletus sehingga menjadi kawah yang paling berbahaya di Dieng.
Menurut dia, Kawah Sileri merupakan kawah yang paling aktif dan pernah meletus beberapa kali yang sempat tercatat adalah tahun 1939, 1944, 1964, 1984, 2003 dan 2009.
"Hingga saat ini status Gunung Dieng masih normal aktif. Belum ada kenaikan status terkait dengan peningkatan aktivitas gunung dan letusan yang terjadi pada siang ini," katanya.
Pewarta: Anom Prihantoro
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2017