Jakarta (ANTARA News) - Departemen Perdagangan menyiapkan 10 pasar untuk menjadi pusat distribusi minyak goreng dalam rangka Operasi Pasar jika pelaksanaan oleh prosesor gagal mencapai target harga yang ditetapkan pada 1 Juni 2007.
"Jadi yang seharusnya masuk lewat distributor biasa mengalami hambatan, kita coba cara lain tapi ini (rencananya) masih belum siap," kata Direktur Bina Pasar dan Distribusi, Ditjen Perdagangan Dalam Negeri, Departemen Perdagangan, Gunaryo, di Jakarta, Rabu.
Menurut Gunaryo, pihaknya sudah berdiskusi dengan Koperasi Pedagang Pasar (Koppas) untuk kejelasan jalur distribusi alternatif itu.
Dari 151 pasar yang ada di Jakarta, hanya 10 pasar yang memiliki penampungan minyak goreng (silo) yang dapat dijadikan semacam pusat distribusi minyak goreng OP.
Kesepuluh pasar tersebut adalah Tomang Barat, Lontar, Jatinegara, Rawamangun, Klender, Cempaka putih, Senen, Blok A, Pasar Minggu dan Kebayoran Lama.
Gunaryo menambahkan alternatif baru ini, masih perlu disempurnakan lagi.
"Kita tawarkan nanti pada prosesor supaya pedagang juga bisa dapat untung, nanti dibahas dulu," ujarnya.
Permasalahan lainnya adalah mengenai permodalan, karena para pedagang harus menyiapkan dana langsung untuk mendapatkan pasokan minyak goreng OP.
Perwakilan Koppas Ngadiran mengatakan, pihaknya memang mengajukan usul untuk mengambil alih distribusi minyak goreng dalam rangka OP mengingat pada 1998 Koppas juga terlibat dalam program serupa.
"Kalau pedagang yang OP, itu kurang efektif dan siapa yang akan awasi kalau tidak tepat sasaran. Kalau kami yang OP, jika ada salah maka ada yang menegur," ujarnya.
Untuk mendukung pola distribusi alternatif itu, Ngadiran meminta bantuan Depdag untuk memberi jaminan penyediaan modal dari bank.
Ia optimistis, jika harga minyak goreng eks pabrik Rp6.100 per kg maka pedagang bisa menjual kepada konsumen sesuai target yaitu Rp6.800-Rp6.500 per kg.(*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007