Yogyakarta (ANTARA News) - Indonesia diperkirakan akan kehilangan sekitar 2.000 pulau pada 2030, akibat kenaikan permukaan air laut.
"Pada 2030 permukaan air laut akan bertambah antara 8 sampai 29 centimeter dari permukaan air laut saat ini," kata Kepala Stasiun Geofisika BMG Yogyakarta, Jaya Murjaya, dalam Seminar Nasional Geografi, di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Rabu.
Bila ditarik garis batas dua mil laut, kata dia, luas wilayah Indonesia akan berkurang, menyusul menyusutnya panjang pantai di seluruh Indonesia.
Ia mengatakan akumulasi gabungan pemanasan akibat selimut gas di atmosfer dan penipisan konsentrasi ozon telah memberi kontribusi pada kenaikan suhu di muka bumi
"Hasil pantauan menunjukkan kenaikan suhu bumi didukung oleh kenaikan konsentrasi gas buang sebagai akibat kegiatan manusia," katanya.
Naiknya suhu bumi secara global ini juga membawa konsekuensi perubahan sistem peredaran udara mulai dari permukaan bumi hingga lapisan atmosfer.
"Karena itu, perubahan iklim telah menimbulkan indikasi iklim dan cuaca yang cenderung ekstrim," kata Jaya.
Salah satu indikator yang erat hubungannya adalah munculnya peristiwa interaksi perairan dan atmosfera yang disebut gejala El-Nino.
Menurut dia, kenaikan suhu juga telah mencairkan ketebalan lapisan es di kutub pada dua belahan bumi dan gunung es yang lepas dari Kutub Selatan.
"Ini yang menyebabkan kenaikan paras muka laut dalam interaksinya dengan sistem cuaca dan iklim akan mengubah pola peredaran udara yang selanjutnya menimbulkan perubahan kondisi udara," katanya.
Ia menambahkan secara sederhana dapat dikatakan bahwa perubahan iklim terjadi akibat naiknya suhu muka bumi secara global (global warming).
Perkiraan Inter-Governmental Panel on Climate Change (IPCC) menunjukkan bahwa peningkatan konsentrasi CO2 meningkat dua kali lipat yang diikuti oleh peningkatan temperatur udara rata-rata sebesar 3 sampai 4,2 derajat celsius.
"Dampak lain yang diperkirakan terjadi akibat perubahan iklim adalah tidak menentunya pola curah hujan. Curah hujan di Indonesia rata-rata per tahun turun 2 sampai 3 persen," katanya.
Namun akibat dari perubahan iklim itu, curah hujan justru diperkirakan meningkat di wilayah Indonesia bagian selatan.
Suhu udara di Indoneia, kata Jaya Murjaya, meningkat sebesar 0,3 derajat celsius per tahun sejak 1900.
"Tahun 1990-an merupakan dekade terhangat, dan pada 1998 merupakan tahun terhangat satu derajat Celsius di atas rata-rata sejak 1961 hingga 1990. Peningkatan suhu tersebut akan terjadi sepanjang musim," katanya. (*)
Copyright © ANTARA 2007