Washington/Moskow (ANTARA News) - Amerika Serikat meminta Damaskus membatalkan rencana serangan kimia, tudingan didasarkan atas informasi intelijen terkait persiapan di lapangan terbang Suriah, kata pejabat pada Selasa.
Rusia, pendukung utama pemerintahan Presiden Suriah Bashar al Assad, langsung menanggapi dengan mengecam tudingan itu.
Juru bicara Pentagon, Kapten Jeff Davis, mengatakan bahwa pihaknya menerima informasi tentang kegiatan di lapangan terbang Shayrat, yang menjadi sasaran serangan peluru kendali Amerika Serikat pada 6 April.
"Persiapan itu melibatkan pesawat di hanggar khusus, yang kami tahu sering digunakan untuk persenjataan kimia," kata Davis.
Davis mengatakan aktivitas itu terjadi sejak "satu atau dua hari lalu". Dia tidak menjelaskan bagaimana Amerika Serikat mendapatkan informasi intelijennya.
Pada Senin, Gedung Putih mengatakan bahwa pemerintah Suriah menyiapkan serangan kimia dan mengancam Bashar akan "membayar harga mahal" jika mewujudkan rencana itu.
Pada April, Amerika Serikat menyerang lapangan udara Shayrat dua hari setelah 87 orang tewas akibat sebuah serangan gas beracun di wilayah gerilyawan. Suriah membantah telah melakukan serangan itu.
Pada Selasa, Rusia membantah informasi intelejen Amerika Serikat.
"Saya tidak mengetahui adanya informasi mengenai ancaman serangan senjata kimia," kata juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, kepada sejumlah wartawan pada Selasa.
"Tentu saja, kami menilai tudingan itu adalah ancaman yang tidak bisa diterima bagi kepemimpinan sah Republik Arab Suriah," kata dia.
Sejumlah pejabat Rusia sendiri menyebut perang di Suriah sebagai sumber ketegangan utama antara Moskow dengan Washington. Serangan rudal pada April, yang diperintahkan secara langsung oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump, telah menaikkan resiko konfrontasi dua negara.
Sementara itu, Bashar pada Selasa mengunjungi pangkalan udara Rusia di Hmeymin, kawasan barat Suriah. Ini adalah kunjungan pertamanya di tempat yang digunakan Moskow untuk menggelar operasi militer udara di Suriah.
Baik militer maupun Kementerian Luar Negeri Suriah hingga kini tidak menanggapi tudingan Gedung Putih itu.
Senator Amerika Serikat Bob Corker, yang merupakan kepala Komite Urusan Luar Negeri, menyatakan kekhawatiran adanya persiapan serangan senjata kimia memang benar.
"Klaim itu benar," kata dia.
Duta Besar Amerika Serikat untuk PBB, Nikki Haley, menambahkan peringatan Trump tidak hanya ditujukan kepada pemerintah Suriah, tapi juga kepada Rusia dan Iran yang selama ini mendukung Bashar.
"Tujuan utamanya bukan hanya kepada Bashar, tapi juga menjadi pesan bagi Rusia dan Iran bahwa jika ini terjadi lagi, kami sudah memperingatkan kalian," kata dia.
Haley menekankan tujuan utama Amerika Serikat di Suriah adalah untuk memerangi kelompok bersenjata ISIS, bukan menggulingkan Bashar.
"Saya tidak melihat Suriah berjaya di bawah Bashar. Namun prioritas Amerika Serikat saat ini tetap memerangi IS," kata dia.
Pejabat intelijen sejumlah negara sejak lama menduga terdapat tempat baru untuk menyembunyikan senjata kimia mereka dari pemeriksaan internasional, kata sumber dari Amerika Serikat, demikian Reuters.
(G005/B002)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017