Athena (ANTARA News) - Motif balas dendam atas kekalahan dua tahun lalu di Istanbul ditolak oleh pelatih AC Milan, Carlo Ancelotti, dalam menghadapi Liverpool pada final Liga Champions di Athena, Yunani. AC Milan lebih memilih hukuman pengurangan poin untuk mengobarkan semangat bertanding ketimbang mengumbar napsu balas dendam. Tahun lalu, Milan dihukum karena dituduh terlibat skandal pengaturan skor pertandingan Liga Utama Italia. Namun, UEFA membolehkan Milan mengikuti pertandingan babak penyisihan. Milan menampik pendapat yang mengatakan kekalahan adu penalti di Istanbul menjadi motivasi pasukan Rafael Benitez. Dalam sebuah konferensi pers yang diadakan pada Selasa, Ancelotti mengatakan, "Kami berhak mencapai final, dengan alasan apapun." "Segala sesuatunya kurang berjalan mulus menjelang berlangsungnya musim komptisi. Kami cukup beruntung dapat masuk final bahkan diharapkan menang." Ia menambahkan, "Dua tahun lalu, kami kurang berharap dapat mencapai final. Namun kami terus berusaha seperti harapan banyak orang. Hasilnya luar biasa. Kami telah melewati segala kesulitan." "Secara psikologis, kami telah divonis. Kemudian kami bangkit sampai sekarang. Kami ingin menuntaskan musim ini dengan meraih hasil nyata." Ancelotti juga mengemukakan, "Inilah tahun terberat bersama dengan Milan, karena saya bertemu dengan segala sesuatu yang sebelumnya tidak terduga, misalmya cedera pemain." "Namun, satu hal yang jelas ada yakni terciptanya harmoni antara anggota tim dan pengurus klub." Ancelotti menolak adanya rumor yang mengatakan drama kekalahan Milan di Istanbul lewat adu penalti akan berulang di Athena. "Tidak ada hubungan antara kedua pertandingan itu," kata pelatih Milan yang sebelumnya berpengalaman sebagai pemain kepada Reuters. "Pertandingan itu telah berlangsung dan pemenangnya Liverpool. Pertandingan di Athena menyibak cakrawala pengalaman baru. Kita berharap pertandingan itu berakhir sukses." Kapten Milan, Paolo Maldini, mencapai rekor bermain sebanyak delapan kali dalam Piala Eropa, jika ia diturunkan oleh Ancelotti. Ketika menjawab pertanyaan mengenai perasaannya, pemain yang telah berusia 38 tahun itu menjelaskan, "Kebanggaan adalah segalanya...meski perlu dibarengi kesabaran." (*)
Copyright © ANTARA 2007