Serang (ANTARA News) - Hujan deras disertai angin kencang, Selasa siang, menyapu dua desa yakni Desa petir, Kecamatan Petir, dan Desa Sukamanah, Kecamatan Cikeusal, Kabupaten Serang, mengakibatkan puluhan rumah rusak, satu orang tewas dan puluhan lainnya mengalami luka-luka. Angin puting beliung yang memporakporanda beberapa rumah dan menumbangkan pepohonan serta fasilitas lainnya di dua desa tersebut terjadi sekitar Pukul 14.00 WIB. Kondisi terparah terjadi di Kampung Pakem Tengah, Desa/Kecamatan Petir, Serang. Puluhan rumah dikampung tersebut rusak parah dan satu bangunan kandang ayam (farm) milik warga ambruk dan menimpa Rokayah (35) hingga tewas. Menurut Santaya (45), pengelola ayam, daerahnya disapu angin sesaat setelah hujan deras yang diiringi angin kencang dan petir. "Siang itu, ia bersama sejumlah temannya baru saja memberi makan ternak ayam tersebut yang berada di dua kandang lainnya. Saat hujan turun, belasan petani yang tengah panen disawah berteduh di salah satu kandang ayam yang berukuran 5 x 7 meter dalam keadaan kosong," katanya. Saat sejumlah warga tersebut asyik berlindung sambil ngobrol untuk menunggu hujan reda, tiba-tiba datanglah anging kencang dan bangunan terbuat dari kayu dan bambu itu pun bergoyang, atap-atapnya berterbangan disapu angin hingga bangunan itupun roboh dan menimpa orang yang berada dibawahnya. Para petani yang berada ditempat itu berupaya menyelamatkan diri, namun naas bagi Rokayah yang duduk ditengah, langsung terkapar seketika saat balok berukuran cukup besar menimpa kepalanya hingga korban meninggal dalam perjalanan menuju ke Puskesmas karena diduga kehabisan darah. Sedangkan sejumlah warga lainnya mengalami luka-luka. Kapolsek Petir AKP Indra Sakti menyatakan pihaknya belum bisa memastikan berapa jumlah korban dalam peristiwa itu, karena masih akan berkoordinasi dengan unsur Muspika dan menginventarisir jumlah bangunan yang rusak dan korban yang mengalami luka. "Saya baru mendapat laporan bahwa peristiwa itu menewaskan seorang warga, lainnya luka-luka dan puluhan rumah rusak," kata Indra.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007