Jakarta (ANTARA News) - Laju pertumbuhan industri nasional pada kuartal pertama 2007 naik 3,0 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu dari 2,83 persen menjadi 5,83 persen, meskipun masih dibawah pertumbuhan ekonomi sebesar 5,97 persen. "Secara perbandingan tahun ke tahun, terjadi kenaikan pertumbuhan industri," ujar Menperin Fahmi Idris, di Jakarta, Selasa. Ia mengatakan pertumbuhan industri terjadi hampir di semua kelompok sektor industri, kecuali tekstil dan produk berbasis kayu. Berdasarkan data Deperin pada kuartal pertama 2007 pertumbuhan kelompok industri barang kayu dan hasil hutan lainnya minus 1,74 persen. Sedangkan kelompok industri tekstil, barang kulit dan alas kaki hanya tumbuh 0,68. "Industri berbahan baku kayu, seperti mebel masih lambat karena pasokan bahan baku sulit diperoleh. Sedangkan pertumbuhan laju industri tekstil tersendat karena beberapa faktor eksternal," katanya. Data Deperin menunjukkan pada kuartal pertama 2007 kelompok industri makanan, minuman, dan tembakau tumbuh 9,84 persen, kertas dan barang cetakan tumbuh 12,47 persen, industri pupuk, kimia, dan barang dari karet tumbuh 7,05 persen. Kelompok industri lainnya yaitu semen dan barang galian bukan logam tumbuh 6,97 persen, kelompok industri logam dasar besi dan baja tumbuh 2,11, kelompok industri alat angkut, mesin, dan peralatannya tumbuh 3,98, dan kelompok barang lainnya tumbuh 3,6 persen. Dengan demikian total pertumbuhan industri bukan migas pada kuartal pertama 2007 mencapai 5,83 persen. Deperin sendiri menargetkan pada 2007 pertumbuhan industri mampu mencapai 7,9 persen naik dibandingkan tahun 2006 yang mencapai 5,27 persen. Pada tahun 2006 pertumbuhan industri mengalami penurunan dibandingkan 2005 yang mencapai 5,86 persen. Pada 2008 Deperin juga telah memproyeksikan pertumbuhan industri sebesar 8,4 persen. Menanggapi pertumbuhan industri pada kuartal pertama yang lebih rendah dibandingkan pertumbuhan ekonomi, Fahmi mengatakan pertumbuhan sektor industri harus dibandingkan sejajar dengan pertumbuhan industri itu sendiri pada periode yang sama tahun lalu. "Jangan membandingkan kucing sama gajah, ya beda dong! Membandingkan pertumbuhan sektor itu, harus pada triwulan yang sama tahun berbeda," ujarnya. Ia juga mengkritisi adanya kredit perbankan yang sudah dialokasi namun tidak diambil para pengusaha yang mengajukan proposal kredit ("undisbursement loan") yang jumlahnya mencapai sekitar Rp170 triliun dan sekitar Rp45 triliun diantaranya di sektor manufaktur.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007