Jakarta (ANTARA News) - Deviden PT Bank Tabungan Negara (BTN) ditetapkan 10 persen dari total laba perusahaan sebesar Rp365 miliar pada tahun buku 2006.
"Kalau deviden sudah ditetapkan 10 persen, hanya saja ada beberapa pertimbangan dengan penetapan angka itu," kata Direktur Utama PT BTN, Kodradi kepada ANTARA News, di Jakarta, Selasa.
Penetapan deviden 10 persen mempertimbangkan berbagai hal di antaranya terkait penundaan proses privatisasi BTN di samping CAR BTN yang juga masih rendah atau sebesar 18,23 persen padahal CAR rata-rata perbankan 21,20 persen.
Selain itu, BTN juga tengah mengemban misi untuk mendukung program perumahan terutama KPR atau KPRS "landed houses" dalam gerakan nasional satu juta rumah.
"Kami juga harus menyelesaikan tambahan Rusunami 20 lantai sebanyak 1.000 tower. Dengan kata lain kami perlu tambahan modal bahkan pada 2007 dari anggaran Rp84 triliun, yang Rp1 triliunnya untuk rusun sederhana dan rusunami. Jadi mau tidak mau modal harus ditambah," katanya.
Oleh karena itu, atas kebijakan pemerintah selaku pemegang saham, maka diputuskan bahwa BTN yang mencatat laba sebesar Rp365 miliar pada 2006 mesti membagi deviden sebanyak 10 persen dari keuntungan.
Pada tahun sebelumnya deviden BTN sebanyak 35 persen dengan laba sebesar Rp436 miliar.
"Namun sekali lagi perlu diingat bahwa perbandingan laba itu karena kami harus membayar pajak sebesar Rp155 miliar pada 2006 sedangkan lima tahun sebelumnya belum ada pemotongan pajak," katanya.
Berbagai alasan itulah yang membuat BTN harus memperkuat struktur permodalan internnya termasuk karena penambahan modal dari APBN belum memungkinkan sementara rencana privatisasi tertunda maka pembagian deviden sebesar 10 persen dinilai menjadi jalan keluar terbaik.
"Ini semata supaya sektor riil jangan sampai kekurangan perumahan, ada penambahan lapangan kerja, meningkatkan penghasilan, dan menekan kemiskinan," katanya.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007