Jakarta (ANTARA News) - Ketua Lembaga Kajian Agama dan Jender Siti Musdah Mulia mengatakan puasa merupakan upaya transformasi diri menuju keadaan yang lebih baik termasuk dalam memahami ajaran agama.
"Bagaimana mentransformasikan diri dari pemahaman yang radikal menjadi tidak radikal, dan itu salah satunya seharusnya bisa dilakukan dengan puasa," kata Musdah di Jakarta, Kamis.
Ia berharap satu bulan puasa Ramadhan ini betul-betul bisa memperbaharui, melatih pikiran, perasaan dan juga pola pikir seseorang sehingga tidak menjadi radikal.
"Karena salah satu fitrah manusia itu adalah tidak radikal," kata dosen Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini.
Menurut dia puasa itu momentum untuk merenungkan kembali keberadaan sebagai manusia beserta segala kewajiban dan tugasnya di muka bumi.
"Kita punya misi bagaimana membangun kemaslahatan untuk manusia, kemaslahatan juga untuk makhluk yang lain dalam hal ini binatang, tumbuhan dan juga alam semesta," kata dia.
Hanya, lanjut dia, transformasi hanya mungkin terjadi apabila puasa dijalankan dengan benar, bukan sekadar menahan haus dan lapar, melainkan juga menahan diri, memuasakan pikiran dari hal-hal dan pemikiran negatif, memuasakan syahwat, serta memuasakan perbuatan.
"Saya yakin jika seseorang berpuasa dengan sebenar-benarnya dan bisa mengontrol dirinya maka saya benar-benar percaya bahwa puasa itu mampu mendidik manusia menjadi bertaqwa," kata dia.
Pewarta: Sigit Pinardi
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2017