Jakarta (ANTARA News) - RI menyesalkan pernyataan Menteri Keamanan Publik Israel Avi Dichter mengenai akan menjadikan pemimpin tertinggi politik Hamas di pengasingan Khaled Meshaal sebagai target pembunuhan. "RI ingin menyampaikan bahwa ungkapan-ungkapan seperti itu tentunya akan menambah rasa permusuhan dan tidak akan berkontribusi terhadap upaya yang dilakukan berbagai pihak untuk melakukan proses dialog dan negoisasi mengenai penyelesaian damai masalah Palestina," kata juru bicara Departemen Luar Negeri Indonesia Kristiarto Legowo di Jakarta, Selasa. Menurut dia, Israel seharusnya belajar dari pengalaman sebelumnya karena penggunaan kekuatan militer tidak mampu menyelesaikan permasalahan yang ada. "Selain itu, pendekatan militer juga tidak akan menimbulkan rasa aman bagi semua kalangan termasuk masyarakat Israel sendiri," katanya. RI menghimbau agar semua pihak dapat menahan diri dan tentunya juga dapat memenuhi upaya-upaya dialog dan proses negosiasi. "Seharusnya proses dialog dapat menghasilkan sebuah keputusan bahwa konflik yang terjadi di lapangan harus dihentikan dan upaya damai harus terus dilakukan," katanya. Mengenai serang-menyerang Fatah - Hamas, Kristiarto mengatakan, sekali lagi RI menghimbau pada semua pihak yang bertikai agar segera menghentikan konflik tersebut, karena konflik antar kelompok Palestina hanya akan merugikan perjuangan bangsa Palestina untuk mewujudkan negara yang merdeka. Khaled Meshaal, yang tinggal di pengasingan di Suriah, terhindar dari usaha pembunuhan agen rahasia Mossad di Amman tahun 1997, ketika dua agen gagal meracuni dia. Raja Hussein waktu itu menyelamatkan nyawa Meshaal dengan mengancam Israel bahwa Jordania akan memutuskan perjanjian perdamaian antara kerajaan itu dengan Israel tahun 1994. Dua tahun kemudian, Meshaal dan juga tiga pejabat Hamas lainnya, yang kesemuanya warga Jordania, diusir dari kerajaan itu setelah dituduh mengancam keamanan dan stabilitas negara itu. Ia kemudian pindah ke ibukota Suriah.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007