Jakarta (ANTARA News) - Sederet superhero terkemuka seperti Captain America, Wonder Woman, Gatot Kaca dan Spiderman yang kerap digambarkan sebagai sosok perkasa, berubah menjadi karakter yang imut dan lucu ketika ditransformasikan menjadi sebuah boneka kertas.
Gatot Kaca, si otot kawat tulang besi, mengecil ribuan kali hingga hanya setinggi jengkal orang dewasa ketika dibuat sebagai boneka kertas. Alis dan kumis tebal yang dibuat dari kertas warna hitam menegaskan sosoknya yang perkasa dengan balutan pakaian khas Jawa.
ANTARA News/Sella Panduarsa Gareta
Boneka kertas karakter Gatot Kaca dan teman-temannya tersebut dijual dengan harga bervariasi, mulai dari Rp125.000 hingga Rp225.000 untuk ukuran yang lebih besar, sesuai pesanan.
Tidak hanya karakter superhero, para pelanggan bahkan bisa memesan boneka kertas dengan karakter diri sendiri, teman atau handai taulan sesuai keinginan, sebagai hadiah yang tidak biasa.
Selain di dalam negeri, pencinta boneka kertas asal Malaysia, Singapura, Australia dan Kanada kerap mengirim foto untuk memesan karakter boneka kertas yang mereka inginkan dan dikirim ke negaranya.
Siapa sangka, produk berkualitas yang merambah pasar internasional tersebut adalah karya para penyandang disabilitas di bawah bimbingan Yayasan Precious One yang didirikan oleh Ratnawati Sutedjo.
ANTARA News/Sella Panduarsa Gareta
Ratna, demikian sapaan akrabnya, telah 13 tahun berupaya menciptakan lapangan kerja bagi para kaum disabilitas, khususnya tuna rungu, di Indonesia.
Virus Hepatitis A yang menyerangnya beberapa tahun lalu, membuat Ratna hanya tergeletak tak berdaya di ranjang tempat tidur.
"Pada kondisi demikian, saya merasa betapa berharganya kesehatan dan organ tubuh yang diberikan Tuhan kepada kita. Dari situ saya mendapat panggilan untuk membantu kaum disabilitas," ungkap Ratna.
Setelah sembuh, Ratna kemudian belajar bahasa isyarat Indonesia selama 1,5 tahun untuk dapat berkomunikasi dengan para penyandang tuna rungu.
Kemudian, Ratna belajar membuat boneka kertas dengan orang Korea di Indonesia, hingga akhirnya ia menularkan keahliannya tersebut kepada penyandang tuna rungu yang akhirnya bekerja di yayasannya.
"Mulai dari satu pegawai pada 2003, sekarang sudah ada 19 pegawai," tukas Ratna.
ANTARA News/Sella Panduarsa Gareta
Menurutnya, tak ada kualifikasi khusus untuk dapat diterima sebagai karyawan di Precious One, namun hal yang terpenting adalah keinginan untuk merubah diri menjadi lebih baik.
Sebagai atasan, Ratna kerap menghadapi berbagai dinamika dalam menghadapi karyawan, yang seluruhnya adalah penyandang tuna rungu.
Ratna dengan serius mengajarkan keterampilan membuat boneka kertas maupun kerajinan lainnya, sekaligus memberikan masukan-masukan baik yang diharapkan dapat bermanfaat bagi pribadi maupun kehidupan sosial mereka.
"Saya bahkan memperlakukan mereka seperti pegawai normal yang kalau waktunya marah ya marah atau kalau waktunya memuji ya memuji," ujarnya.
Bukan tanpa alasan, perempuan berambut pendek ini ingin karyawannya juga mampu membuat karya yang berkualitas, layak jual dan dapat membanggakan, laiknya slogan yang diusung "Bangga dengan Produk Disabilitas".
ANTARA News/Sella Panduarsa Gareta
Membuat boneka kertasDalam membuat boneka kertas, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatian, yakni kebersihan tangan, kelengkapan bahan dan daya kreativitas.
Ratna mengatakan, saat ingin memulai membuat boneka kertas, tangan harus dalam keadaan bersih, kemudian dapat disediakan bahan-bahan seperti kertas warna, dua jenis lem yakni lem kertas dan lem tembak dan contoh foto yang ingin dibuatkan karakter boneka kertasnya.
Untuk membuat wajah, kertas dengan warna kulit digunting dengan lebar sekitar 1 centimeter dan gulung memanjang. Adapun gulungan tersebut perlu rapih dan kencang.
Diujung gulungan, kemudian dioleskan lem, agar menjadi sebuah bentuk lingkaran yang diinginkan. Kemudian dibuat pola untuk tubuh, kaki dan tangan dengan teknik yang hampir sama.
Selanjutnya, diberikan mata, hidung, kumis, bibir atau ornamen lain yang dibutuhkan agar semakin mirip contoh gambar di dalam foto.
"Yang terpenting adalah imajinasi dan daya kreativitas," pungkas Ratna.
ANTARA News/Sella Panduarsa Gareta
Bagi pegawai yang memiliki kemampuan baik, Ratna memperkirakan, mereka hanya membutuhkan waktu satu hingga satu setengah jam dalam menyelesaikan sebuah karakter.
Sehingga, dalam sehari, masing-masing pegawai dapat membut hingga 10 karakter yang diinginkan.
Dari hasil kerjanya, para pegawai akan mendapat honor bervariasi dari yayasan sesuai kemampuan. Ratna menyampaikan, beberapa pegawai telah menerima honor sesuai Upah Minimum Regional (UMR) yang ditetapkan pemerintah. Sementara yang lain, honor dihitung per hari dan akan diberikan pada akhir bulan.
Ratna mengaku bahagia dalam menjalankan kegiatannya bersama para penyandang tuna rungu. Lapangan pekerjaan yang dibuka Ratna tersebut diharapkan mampu mengangkat derajat maupun kesejahteraan para kaum disabilitas.
Namun lebih jauh Ratna menginginkan, agar masyarakat tak lagi membeli karya mereka dengan alasan kasihan, tapi karena benar-benar mereka menginginkan produk tersebut dan ikut Bangga dengan Produk Disabilitas.
Editor: Monalisa
Copyright © ANTARA 2017