Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta mengatakan dolar AS menguat terhadap mata uang di kawasan Asia, termasuk rupiah, antara lain karena harga minyak mentah dunia yang masih berada dalam tren pelemahan.
"Harga minyak yang tertekan menjadi penopang utama dolar AS untuk terapresiasi," katanya.
Harga minyak jenis WTI Crude pagi ini turun 0,02 persen menjadi 43,50 dolar AS per barel, dan Brent Crude turun 0,07 persen menjadi 45,99 dolar AS per barel.
Kendati demikian, ia mengatakan, penguatan dolar AS relatif terbatas menyusul yield obligasi Amerika Serikat masih turun, dan di sisi lain data penjualan rumah diperkirakan belum membaik.
Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada mengatakan nilai tukar dolar AS juga menguat berkat pernyataan dari Gubernur Perwakilan The Fed New York Bill Dudley bahwa inflasi akan naik seiring peningkatan pendapatan pekerja.
"Kondisi itu membuka harapan The Fed kembali menaikan suku bunga acuan, sehingga berimbas pada melemahnya rupiah," katanya.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2017