Sidoarjo (ANTARA News) - Catering CV Diana yang selama ini menyediakan ransum atau makanan untuk para pengungsi lumpur Lapindo di Pasar Baru Porong (PBP), sampai saat ini masih terus beroperasi dan menyediakan ransum sampai ada instruksi lebih lanjut dari Dinas Kesejahteraan Sosial (Dinkesos) Sidoarjo. Penanggung Jawab Catering CV Diana, Imam Karsono saat ditemui di PBP, Selasa, menyatakan, sebenarnya CV Diana ingin melepas tanggung jawabnya dalam menyediakan ransum bagi pengungsi, karena tidak bisa memenuhi tuntutan warga yang minta dilibatkan dalam penentuan menu dan mengganti kertas bungkus makanan dengan rantang. Menurut dia, tuntutan warga sangat tidak masuk akal, karena sebagai catering yang ditunjuk oleh Dinkesos Sidoarjo, ia harus menyiapkan segala yang berkaitan dengan konsumsi, baik dari menu harian maupun kemasan makanan. Sedangkan pengungsi tinggal menerima sajian makanan saja. "Coba bayangkan, catering mana yang mampu menyediakan 3.000 rantang," ucapnya dengan nada tinggi. Dinkesos Sidoarjo sendiri saat ini sudah menyerahkan masalah itu pada para pengungsi. Kepala Dinkesos Sidoarjo, Hisjam Rosyidi menuturkan, pihaknya telah menyerahkan masalah jatah makan ini pada para pengungsi. Jika mereka menuntut untuk menentukan sendiri menunya dan menginginkan sajian makanan dikemas dalam rantang, silakan memilih catering yang sanggup memenuhi tuntutan itu. "Jika ada catering yang mampu memenuhi permintaan para pengungsi, kami akan menunjuknya, dan CV Diana akan diberhentikan menyediakan masakan para pengungsi," ujar Hisjam, menegaskan. Namun, menurut dia, pengungsi sendiri saat ini masih kebingungan dengan putusan yang diberikan Dinkesos. Mereka bingung mencari catering yang mampu memenuhi tuntutannya itu. Masalah makan atau ransum bagi para pengungsi ini mencuat, ketika ditemukan nasi bungkus yang basi. Karena itu, para pengungsi menuntut uang makan tidak diberikan dalam bentuk natura tetapi uang Rp15.000 per-hari per-orang atau natura diberikan dalam rantang bukan nasi bungkus.(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007