"Pemerintah harus mengambil kebijakan yang tidak berpihak salah satu kubu serta mendorong upaya untuk merajut kembali kawat diplomatik yang terputus antara negara tersebut," kata Nostalgiawan di Jakarta, Senin.
Menurut dia, Indonesia tidak perlu memihak pada salah satu kubu karena hal itu akan menyeret Indonesia dalam konflik yang berkepanjangan dan penuh intrik.
Dia mengatakan pemerintah Indonesia dapat menawarkan diri sebagai fasilitator perdamaian, bukan mediator.
Indonesia dirasa belum memiliki tekanan diplomasi yang kuat terhadap negara-negara yang bersitegang, sehingga peran sebagai mediator kurang efektif.
Apalagi diplomasi dengan negara di kawasan Timur Tengah sudah lama kurang terjalin setelah era Sukarno, barulah pada rezim Jokowi Indonesia mulai serius mengarahkan politik luar negerinya ke Timur Tengah.
"Indonesia sebagai negara dengan jumlah muslim terbesar di dunia berpotensi sebagai fasilitator yang menyediakan tempat dialog perdamaian antara Qatar dan negara-negara yang bersitegang."
Selain itu Indonesia menggalang kekuatan prorekonsiliasi terhadap kekuatan yang berkepentingan dengan Timur Tengah seperti Cina, Rusia, Amerika, Jepang Iran dan Turki.
Negara seperti Amerika Serikat, Rusia dan China atau organisasi internasional PBB memiliki potensi kuat menjadi mediator yang efektif dalam ketegangan diplomatik tersebut.
"Diharapkan negara-negara tersebut lebih netral dalam menyikapi ketegangan politik di Timur Tengah," kata dia.
Sebelumnya tujuh negara di kawasan Teluk Arab memutuskan hubungan diplomatik dengan Qatar menyusul ketegangan politik antara Arab Saudi dan Qatar.
(Baca: Qatar kecam "kebijakan dominasi" negara-negara Teluk)
Pemerintah Arab Saudi, Bahrain, Uni Emirat Arab, Mesir, Yaman, Libya, dan Maladewa memutuskan hubungan diplomatik dengan Qatar.
Pemutusan hubungan diplomatik itu disebabkan hubungan Qatar dengan Iran dan dugaan dukungan kedua negara itu terhadap kelompok teroris yang dianggap bertujuan mengacaukan wilayah Teluk.
Arab Saudi menuduh Qatar mendukung kelompok teroris yang didukung Iran, seperti kelompok Ikhwanul Muslimin, Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS), serta Al-Qaeda.
Pemerintah Arab Saudi, Bahrain, Uni Emirat Arab, Mesir, Yaman, Libya, dan Maladewa memutuskan hubungan diplomatik dengan Qatar.
Pemutusan hubungan diplomatik itu disebabkan hubungan Qatar dengan Iran dan dugaan dukungan kedua negara itu terhadap kelompok teroris yang dianggap bertujuan mengacaukan wilayah Teluk.
Arab Saudi menuduh Qatar mendukung kelompok teroris yang didukung Iran, seperti kelompok Ikhwanul Muslimin, Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS), serta Al-Qaeda.
(Baca juga: Din Syamsuddin: Indonesia perlu mediasi konflik Arab)
Pewarta: Aubrey Kandelila Fanani
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2017