Athena (ANTARA News) - Sepakbola kerapkali menyimpan sejumlah hal yang tidak terduga, karena itu dikenal metafora "bola itu bundar". Menjelang pertandingan final Liga Champions yang akan diadakan di Athena pada Rabu waktu setempat, Liverpool tampaknya masih menantikan adanya keajaiban lagi. Pasukan Rafael Benitez ini berharap pada "Keajaiban Istanbul" dua tahun lalu. Sementara, AC Milan tampak penuh percaya diri, dan ingin belajar dari sejarah. Klub dari Italia ini tidak ingin terperosok dalam lubang kekeliruan yang sama. Mimpi Liverpool bakal sulit terwujud karena pasukan dari Lombardia bakal tampil habis-habisan. Dua tahun lalu Milan kalah dari Liverpool dengan skor 0-3. Milan akan membalas kekalahannya. Penampilan luar biasa Milan ketika mancampakkan Manchester United pada babak semi-final menjadi modal berharga. Sepakbola terkadang tidak sederhana sebagaimana layaknya hitung-hitungan di atas kertas. Sepakbola kerapkali tidaklah linear. Kalau Milan kalah dua tahun lalu, maka Liverpool bakal menang dalam pertandingan kali ini. "Kekuatan kedua tim sama-sama imbang," kata pelatih Milan Ancelotti, kepada Reuters. Ia menyadari betul bahwa pertandingan dua tahun lalu sama sekali berbeda dengan pertandingan sekarang ini. Suntikan semangat diperoleh Milan ketika mereka menerima pengurangan delapan poin karena dituduh terlibat dalam skandal pengaturan skor dalam Liga Utama Italia. Milan relatif kurang cemerlang dalam perburuan gelar di liga domestik, karena lebih berkonsentrasi pada kompetisi Eropa. "Dua tahun lalu kami didera keletihan, meski sekarang kami tetap dituntut tampil lebih baik dalam pertandingan final," kata Ancelotti. "Pada tahun 2005, kami berharap dapat mencapai final, atau sekurang-kurangnya mengarah ke sana. Tahun ini, mencapai final merupakan prestasi yang gemilang." Ancelotti tampak percaya diri dengan penampilan anak asuhannya meski salah seorang pemain pilarnya Paolo Maldini masih belum pulih dari cedera lutut kiri. Pertandingan selama 90 menit penuh memerlukan pemain yang fit. Mitos guru Pelatih Milan agaknya memercayai mitos bahwa pengalaman merupakan guru yang baik. Pertandingan final nanti memerlukan pemain sekelas Maldini yang telah cukup lama malang melintang di berbagai kompetisi Eropa. "Dalam pertandingan seperti ini, pengalaman bertanding sangat menentukan," katanya. "Pemain yang berpengalaman dapat relatif cepat keluar dari tekanan, apalagi pertandingan final. Kami memiliki cukup banyak pemain dengan segudang pengalaman bertanding di sejumlah kompetisi Eropa, bahkan Piala Dunia." Sementara itu, Rafael Benitez mengharapkan keajiban Istanbul akan terulang dalam final di Athena. Paling tidak kemenangan dua tahun lalu mengilhami semangat para pemain Liverpool. "Jika kami mememenangi pertandingan, masyarakat baka terus membicarakannya," kata pelatih asal Spanyol itu. "Enam pekan lalu, publik menjagokan kami, Namun situasi berubah ketika AC Milan mengalahkan Manchester United." "Kami masih tampil dengan pola yang sama, sementara mereka memiliki tim yang tampil baik, Kendati kami juga tim yang baik, namun saya masih berharap pada keajaiban Istanbul dua tahun lalu. Kami menganggap kemenangan itu bukan sekedar cinderamata." Benitez menambahkan, "Jika mereka tampil habis-habisan, itu karena para pemain Milan lebih memiliki pengalaman untuk memenangi pertandingan dalam berbagai kompetisi di Eropa, bahkan pengalaman dalam Piala Dunia." "Mereka akan menggunakan pengalaman dalam pertandingan kali ini meski kami menghadapi situasi yang tidak jauh beda. Kami juga memiliki pengalaman kemenangan dua tahun lalu. Hemat saya, dua tim sama-sama berada dalam situasi yang sama." Ancelotti kini dihadapkan pada pilihan, menurunkan striker Filipo Inzaghi yang kaya pengalaman atau memberi kepercayaan kepada pemain muda Alberto Gilardino yang tergolong produktif mencetak gol. Kedua striker itu berduet bersama pemain Brasil Kaka yang berpenampilan luar biasa dalam musim kompetisi ini dengan mencetak sebanyak 10 gol. Susunan pemain yang diturunkan Benitez juga masih diliputi tanda tanya. Ia tentu menugasi salah seorang pemainnya untuk menempel ketat Kaka agar ruang gerak pemain Brasil ini tidak leluasa di jantung pertahanan Liverpool. Javier Mascherano jadi palang pintu Liverpool, dengan didukung sepenuhnya Momo Sissoko. Sementara gelandang Xabi Alonso diharapkan berperan mengirim umpan ke barisan depan Liverpool. Benitez memberi kepercayaan penuh kepada sejumlah pemain depan yakni Dirk Kuyt, Peter Crouch atau Craig Bellamy. Steven Gerrard dikerahkan untuk membongkar barisan pertahanan Milan. Tinggal sekarang pekerjaan rumah yang perlu diselesaikan pelatih asal Spanyol itu, yakni menunjuk pemain yang bakal beroperasi di sektor sayap. Inilah taktik yang membawa Liverpool menang atas Barcelona pada awal kompetisi Liga Champions. (*)
Copyright © ANTARA 2007