Kuala Lumpur (ANTARA News) - Tim Satgas Mudik Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Kuala Lumpur telah memantau suasana arus mudik Idul Fitri 1438 H di Kuching, Negara Bagian Serawak, Malaysia, pada Selasa (13/6) - Rabu (14/6).
Tim Satgas terdiri dari Atase Perhubungan Muhammad Abduh, Atase Imigrasi Mulkan Lekat, Atase Kepolisian Kombes Pol Chaidir, Atase Riset Tjahjono, Konsuler Yusron B Ambhary dan Sekretaris III Pensosbud Stania Puspawardhani.
Setelah mendapatkan informasi dari Pelaksana Fungsi Konsuler II Konsulat Jendral Republik Indonesia (KJRI) Kuching Muhammad Abdullah, Satgas mengunjungi Terminal Sentral Kuching dan diterima Manager Sentral Solution SDN BHD Stanley Ong Phang Loon dan agen DAMRI Astini Atmin.
Satgas tiba di Terminal Sentral Kuching terlalu siang sehingga mereka sepakat melakukan kunjungan lagi pada esok harinya sebelum kunjungan ke Pos Batas Luar Negeri (PBLN) Entikong.
Rabu (14/6) pagi tim Satgas akhirnya bisa menemukan armada bus DAMRI dan perusahaan bus swasta SJS dari PT Setia Jiwani Sakti.
Stanley mengatakan bus rute internasional Kuching - Pontianak dilayani oleh dua perusahaan bus dari Indonesia, yakni Perum Damri dan perusahaan swasta SJS dari PT Setia Jiwani Sakti sebanyak 11 kali pemberangkatan per hari.
"Untuk harga tiket bus Kuching - Pontianak RM 60 (Rp 187 ribu) untuk bus biasa, RM 75 untuk bus eksekutif dan RM 80 untuk super eksekutif," katanya.
Jumlah arus mudik Lebaran pada saat itu memang belum banyak. Penumpang biasanya mengalami peningkatan H-7 Idul Fitri.
Jumlah arus mudik dari Terminal Sentral Kuching ke Indonesia dari jumlah yang kecil hingga yang paling besar pada 2016 adalah Hari Natal sekitar 3.000 orang, Hari Gawaii Dayak pada 1 Juni antara 2.000 - 3.000 orang, Hari Idul Fitri sekitar 2.000 orang dan Hari Raya China antara 2.000 hingga 3.000 orang.
Selain menggunakan bus umum penumpang saat ini juga ada yang memilih taksi gelap yang bisa nail Di lokasi langsung seperti ke rumah sakit dan lainnya. Kalau ditanya petugas mereka bilang penumpangnya keluarga sehingga bisa lolos.
"Random Check"
Darmawan, mantan Ketua Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) University Malaysia Serawak (Unimas) nampak duduk santai di bus SJS yang akan membawanya meninggalkan Kuching, tempat dia menuntut ilmu.
"Saya mau pulang ke Sambas karena kuliah sudah selesai dan selesai ujian akhir. Pulang libur semesteran. Biasa pakai bus ini, kadang saya juga lewat Pontianak. Kalau dari sini ke PLBN Aruk dan Biawak selama dua jam. Dari Aruk ke Sambas satu setengah jam," katanya.
Bagi mahasiswa seperti Darmawan kepulangannya tergantung kampusnya. Kadang mendekati lebaran baru selesai ujian, kadang awal Ramadhan baru selesai ujian.
Kalimantan memiliki tiga Pos Batas Luar Negeri (PBLN) yang baru-baru ini diresmikan Presiden Jokowi. PBLN tersebut adalah PLBN Entikong di Kabupaten Sanggau, PLBN Aruk di Kabupaten Sambas dan PLBN Nangabadau di Kabupaten Kapuas Hulu.
Sarawak ini memiliki ciri yang berbeda dengan perbatasan lainnya dimana WNI menggunakan transportasi jalur darat dan tidak melalui jalur laut seperti di Tawau.
Atase Perhubungan Muhammad Abduh melakukan "random check" terhadap bus-bus yang membawa warga Indonesia pulang. Hasilnya pihaknya memiliki surat yang lengkap dan memiliki standar peralatan yang ada dalam bus tersebut.
Kelengkapan tersebut ditunjukkan dengan tersediannya alat pemadam kebakaran, alat pemecah jendela. Setelah itu Abduh juga mengecek kondisi ban masih bagus atau sudah tipis.
Sedangkan di perbatasan PBLN Entikong pihaknya sudah melihat kesiapan bea cukai, karantina, imigrasi dan perhubungan sendiri.
PLBN Entikong sendiri sudah melakukan sterilisasi dengan mewajibkan penumpang harus lewat imigrasi, barang harus lewat bea cukai kemudian kalau membawa binatang atau tumbuhan melewati karantina.
Dinas Perhubungan memberi tanda khusus lulus uji untuk kendaraan mudik bentuknya bulat dengan logo perhubungan. Melalui cek ini diharapkan saat melintas kendaraan tersebut layak jalan.
Penggunaan pesawat udara menjadi peristiwa baru pada arus mudik kali ini. Apabila sebelumnya terdapat maskapai Express Air yang melayani penerbangan Kuching ke Pontianak kali ini AirAsia membuka rute serupa.
Dengan menggunakan moda pesawat udara memang lebih cepat. Kalau biasanya jalan darat Kuching - Entikong ditempuh dalam waktu satu jam, kemudian Entikong - Pontianak sekitar lima jam atau total enam jam, maka dengan pesawat cukup 40 menit.
Pelaksana Fungsi Konsuler II Konsulat Jendral Republik Indonesia (KJRI) Kuching, Muhammad Abdullah menjelaskan sekarang penumpang dari Kuching ke Pontianak lebih banyak yang memilih naik pesawat apalagi sekarang AirAsia masih melakukan promosi.
Rute internasional AirAsia dari Bandara Supadio Pontianak ke Bandara Kuching, Sarawak pulang pergi setiap hari mulai 5 Juni 2017.
AirAsia pun menawarkan harga mulai Rp249.000 atau sekitar RM 90 untuk pembelian melalui website www.airasia.com hingga tanggal 18 Juni 2017 dengan periode terbang dari 5 Juni 2017 hingga 14 Januari 2018 di rute tersebut.
Penerbangan dari Kuching ke Pontianak pukul 11.55 waktu setempat dan tiba pukul 11.45 WIB. Sedangkan dari Pontianak ke Kuching, pukul 12.10 WIB dan tiba pukul 13.50 waktu setempat (satu jam lebih cepat).
Pada penerbangan pertama AirAsia kursi terisi 80 persen.
Sedangkan maskapai nasional Express Air yang lebih dahulu beroperasi terbang empat kali seminggu. Dalam catatan KJRI Kuching lebih separohnya maskapai ini biasanya adalah penumpang wisata medis.
Penumpang Express Air ini bisa melanjutkan penerbangan ke Yogjakarta dan Bandung dengan transit di Pontianak tetapi tujuan ke Bandung katanya lebih favorit.
Pewarta: Agus Setiawan
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2017