Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, Selasa pagi, menguat menembus level Rp8.700 per dolar AS menjadi Rp8.682/8.698 dibandingkan dengan penutupan hari sebelumnya sebesar Rp8.755/8.791 per dolar AS atau naik 73 poin. Analis Valas PT Bank Mega Tbk, Adrian, di Jakarta, mengatakan rupiah masih berpeluang untuk menguat lagi, dipicu oleh aktifnya pelaku asing bermain di pasar uang. Dengan menguatnya rupiah, juga akan menekan inflasi yang terus merosot, sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi nasional terus meningkat, katanya. Meski demikian, menurut dia, Bank Indonesia (BI) akan tetap melakukan pengawasan terhadap pergerakan rupiah yang menguat, sehingga kenaikan mata uang lokal itu tidak terlalu cepat. "Kami optimis kenaikan rupiah itu agak tertahan oleh BI yang masuk pasar, sehingga rally rupiah tidak terlalu cepat," ucapnya. Rupiah, lanjut Adrian, kemungkinan akan bisa mendekati level Rp8.600 per dolar AS dalam pekan ini apabila tidak ada hambatan, meski untuk menuju arah ke sana kemungkinan besar agak berat. Kenaikan rupiah itu karena berbagai faktor terus memicu, seperti pasar saham regional yang terus membaik dan investasi asing terhadap pasar uang dan saham yang terus meningkat, katanya. Ia mengatakan rupiah masih berpeluang untuk menguat lagi yang didukung Bank Sentral AS (The Fed) yang menurut rencana juga akan menurunkan bunganya pada tahun ini. Melambatnya ekonomi AS merupakan salah satu faktor yang mendorong bank sentral AS menurunkan suku bunganya yang saat ini mencapai 5,25 persen, ucapnya. Sementara itu, dolar AS terhadap euro dan yen cenderung bertahan, meski pelaku pasar ingin berspekulasi untuk melepas dolar AS, setelah data indikator ekonomi AS menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi AS cenderung melambat. Dolar AS terhadap yen mencapai 121,50 yang sempat mencapai 121,63, euro menjadi 1,3460. Otoritas moneter menyatakan, BI tidak pernah mengumumkan kisaran volatilitas sampai berapa persen, tetapi tetap menjaga nilai tukar agar tidak terlalu bergejolak, karena gejolak itu akan menimbulkan ketidakpastian dan ketidakpastian perekonomian tentu tidak baik. Penguatan rupiah saat ini akan memperbaiki neraca (balance sheet) perusahaan yang mempunyai hutang luar negeri, kata otoritas tersebut. Perbaikan rupiah selalu mempunyai konotasi perbaikan indikator perekonomian secara keseluruhan. Itu adalah indikator paling utama mengenai keadaan ekonomi suatu negara, sehingga kita harapkan lebih baik (akibat apresiasi tersebut), dan sentimen lebih baik. (*)

Pewarta:
Copyright © ANTARA 2007