London (ANTARA News) - Hanya beberapa meter dari rumah susun di London barat di mana 17 orang meninggal dunia akibat kebakaran hebat, berjejer sudut-sudut paling makmur di Inggris yang terdiri dari townhouse-townhouse elegan bernilai jutaan poundsterling.

Sektor Kensington dan Chelsea terkenal baik di Inggris maupun di luar negeri, sebagai kawasan tempat tinggal para bintang pop, selebritis, jet-set dan para bankir.

Tetapi wilayah ini juga memiliki kantong-kantong kemiskinan seperti kompleks perumahan di mana gedung 24 lantai Grenfell Tower berdiri.

Belasan penghuni gedung ini raib sehingga pihak berwenang memperkirakan jumlah korban tewas akibat kebakaran hebat itu mungkin jauh lebih banyak. Yang beruntung memang bisa keluar hidup-hidup, tetapi telah kehilangan segalanya.

Bencana itu telah memicu solidaritas di mana warga kota London beramai-ramai menyumbangkan pakaian, sepatu dan tempat tidur, selain membanjirnya relawan.

Namun di jalan-jalan sekitar gedung yang terbakar itu, orang-orang memendam amarah dengan menuduh pihak berwenang telah mengabaikan keselamatan dan kesejahteraan kaum miskin karena lebih berpihak kepada kepentingan kaum kaya.

Alia Al-Ghabbani, resepsionis yang tinggal di gedung itu, adalah satu di antara banyak orang yang marah pada renovasi dinding bangunan itu belakangan ini yang disebut media massa memainkan peran pada begitu cepatnya api menyebar.

"Sungguh menjengkelkan mengapa mereka mempercantik menara ini. Itu karena menara ini merusak pemandangan orang-orang yang tinggal di perumahan-perumahan sangat mahal di seberangnya," kata dia.

Aktivis sosial Pilgrim Tucker yang bergandengan erat dengan para pemukim Grenfell Tower selama renovasi menyebut kebakaran hebat itu sebagai konsekuensi tragis dari pembiaran dalam jangka waktu lama oleh seluruh bagian sebuah komunitas.

"Orang yang tinggal di perumahan sosial ini tahu mereka dibaikan," kata dia. "Jika pemerintah sungguh bekerja, kebakaran ini pasti tidak terjadi."


Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2017