Yogyakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang menguat tajam akan mengancam keberlangsungan dunia usaha terutama untuk ekspor. "Menguatnya nilai rupiah akan menyebabkan harga barang ekspor menjadi tinggi, dan sebaliknya barang impor menjadi murah," kata pakar ekonomi dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Dr Sri Adiningsih, di Yogyakarta, Selasa. Menurut dia, kondisi tersebut akan membuat Indonesia `dibanjiri` produk asing, dan produk lokal akan kalah bersaing. Ia mengatakan Bank Indonesia (BI) harus menjaga agar penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS tidak terlalu tajam. Rupiah akan menguat jika valuta asing yang masuk besar, baik dalam bentuk investasi portofolio, Sertifikat Bank Indonesia (SBI) atau dana lainnya. Kalau BI membiarkan pasar lebih banyak menentukan banyaknya uang yang masuk, menurut dia bisa memukul komoditas ekspor Indonesia. Produk ekspor dengan harga yang tinggi akan menyebabkan daya saingnya rendah jika harus berkompetisi dengan komoditas di pasaran dunia. "Rupiah harus dijaga agar tetap stabil atau fluktuasinya normal," katanya. Nilai rupiah pada level Rp9.000 per dolar AS, menurut Adiningsih masih bagus, tetapi jika terus menguat hingga Rp8.500 per dolar AS, penguatan itu perlu dikhawatirkan. Ia mengatakan jika SBI atau portofolio sudah tidak menarik lagi, besar kemungkinan akan terjadi arus investasi yang keluar didominasi dana jangka pendek. "Kalaupun nantinya terjadi penarikan dana, semoga saja terjadi secara pelan-pelan, karena jika arus balik dana terjadi secara mendadak, perekonomian nasional akan terguncang," kata dia. (*)

Copyright © ANTARA 2007