New York (ANTARA News) - Kurs dolar AS menguat terhadap sebagian besar mata uang utama lainnya karena investor terus mencerna keputusan Federal Reserve menaikkan suku bunga acuannya sebesar seperempat poin.
Indeks dolar AS, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama, naik 0,54 persen menjadi 97,467 pada akhir perdagangan.
Pada akhir perdagangan New York pada Kamis waktu setempat, euro turun menjadi 1,1154 dolar AS dari 1,1217 dolar AS pada sesi sebelumnya, dan pound Inggris naik menjadi 1,2762 dolar AS dari 1,2648 dolar AS pada sesi sebelumnya. Dolar Australia turun tipis menjadi 0,7583 dolar AS dari 0,7585 dolar AS.
Dolar AS dibeli 110,84 yen Jepang, lebih tinggi dari 109,64 yen pada sesi sebelumnya. Dolar AS naik menjadi 0,9748 franc Swiss dari 0,9719 franc Swiss, dan mencapai 1,3275 dolar Kanada dari 1,3258 dolar Kanada.
Bank sentral Amerika Serikat pada Rabu (15/6) menaikkan suku bunga acuan untuk keempat kalinya sejak Desember 2015, dan mengumumkan rencana untuk mulai memangkas neraca keuangannya.
"Mengingat kondisi-kondisi realisasi dan ekspektasi pasar tenaga kerja serta inflasi, Komite (Pasar Terbuka Federal) memutuskan untuk menaikkan target kisaran untuk suku bunga acuan atau federal fund menjadi 1,00 persen sampai 1,25 persen," kata the Fed dalam sebuah pernyataan setelah mengakhiri pertemuan kebijakan moneter dua harinya.
Sementara itu, mengingat kondisi ekonomi yang stabil, the Fed berencana untuk mengurangi neraca keuangannya 4,5 triliun dolar AS akhir tahun ini dan mengumumkan rencana rinci untuk memangkas kepemilikan obligasi.
"The Fed terdengar hawkish, tak ragu-ragu melihat pelemahan inflasi yang lalu dan mengulangi kebutuhan untuk menormalkan kebijakan" menurut laporan BofA Merrill Lynch Global Research setelah rilis tersebut.
Di sisi ekonomi, dalam pekan yang berakhir 10 Juni, angka pendahuluan untuk klaim awal yang disesuaikan secara musiman mencapai 237.000, turun 8.000 dari tingkat tidak direvisi sebelumnya 245.000 menurut pengumuman Departemen Tenaga Kerja AS pada Kamis (15/6), demikian menurut warta kantor berita Xinhua. (UU.A026)
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2017