Bangkok (ANTARA News) - Pihak berwenang Thailand menangkap seorang tersangka berusia 62 tahun sehubungan dengan serangan bom di sebuah rumah sakit milik militer di Bangkok bulan lalu yang melukai 24 orang, Menteri Pertahanan Prawit Wongsuwan mengatakan pada Kamis.
Serangan di Rumah Sakit Phramongkutklao pada 22 Mei lalu, di Bangkok pusat, terjadi saat peringatan tahun ketiga perebutaan kekuasaan oleh pihak militer, dan pihak tentara pada awalnya menuduh aksi bom tersebut dilakukan oleh kelompok yang menentang peraturan militer.
Menteri Pertahanan itu mengatakan kepada wartawan bahwa seorang tersangka pria telah dimintai keterangannya sehubungan dengan aksi bom tersebut. Prawit tidak memberi keterangan terkait dugaan motif atau hubungan tersangka.
Sejauh ini belum ada yang mengaku bertanggung jawab atas ledakan di sebuah rumah sakit, yang populer dikalangan tentara dan keluarga mereka serta pensiunan perwira militer.
Aksi bom tersebut menyusul peristiwa ledakan kecil sebelumnya, yang melukai dua orang pada 15 Mei di Teater Nasional di ibukota Thailand, dan Junta berjanji untuk meningkatkan keamanan untuk meyakinkan warga asing masuk ke salah satu negara tujuan wisata yang paling banyak dikunjungi di dunia itu.
Thailand telah diperintah oleh junta sejak kudeta Mei 2014. Setelah serangan di rumah sakit, Perdana Menteri Prayuth Chan-ocha mengatakan bahwa banyaknya tindak kekerasan dapat meningkatkan kemungkinan yang mengarah lebih jauh terhadap penundaan pemilihan yang dijadwalkan tahun depan.
Serangan bom sering terjadi di negara ini, terutama di wilayah selatan, tempat bagi sebuah aksi pemberontakan separatis yang telah lama berlangsung, namun serangan oleh pemberontak sebagian besar terbatas hanya di wilayah mereka, di selatan.
Wakil Kepala Kepolisian Nasional Srivara Ransibrahmanakul mengatakan kepada wartawan bahwa penyelidikan terhadap serangan bom di sebuah rumah sakit di Bangkok telah mendapatkan kemajuan yang berarti, namun dia tidak memberikan keterangan terkait penangkapan itu.
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2017