Jakarta (ANTARA News) - Kurs rupiah naik delapan poin menjadi Rp13.269 per dolar AS dalam transaksi antarbank di Jakarta pada Kamis pagi.
"Sesuai ekspektasi, suku bunga acauan bank sentral Amerika Serikat (Fed Fund Rate/FFR) naik sebesar 25 bps. Namun mayoritas anggota the Fed yang merevisi turun proyeksi inflasi 2017 menekan dolar AS," kata ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta.
Revisi inflasi itu, menurut dia, membuat probabilitas target kenaikan FFR selanjutnya langsung anjlok dan berdampak negatif pada kurs dolar AS serta yield obligasi Amerika Serikat, terutama tenor panjang.
"Dolar AS masih berpeluang melemah dalam beberapa hari ke depan," katanya.
Ia menambahkan yield obbligasi AS yang menurun membuat surat utang negara (SUN) di dalam negeri semakin menarik dan berdampak positif pada mata uang domestik.
Selain pada sentimen The Fed, ia mengatakan, fokus pelaku pasar uang akan tertuju pada data neraca perdagangan Indonesia periode Mei 2017, yang diperkirakan masih mencatatkan surplus meski tipis,
Selain itu, lanjut Rangga, pelaku pasar uang mencermati hasil rapat dewan gubernur Bank Indonesia yang diperkirakan mempertahankan BI 7-day Reverse Repo Rate (BI 7-day RR Rate) tetap sebesar 4,75 persen.
Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada mengatakan apresiasi Dana Moneter Internasional (IMF) pada keberhasilan Indonesia melaksanakan reformasi di sektor jasa keuangan yang mampu menjaga kinerja makroekonomi dan stabilitas sistem keuangan juga menjadi sentimen positif bagi rupiah.
"Dan tentunya, sentimen itu cukup mendorong maupun mempertahankan fluktuasi rupiah tetap di area positif," katanya.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2017