Jakarta (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk mengkampanyekan tiga "jangan" yaitu jangan menggunakan kebebasan tanpa batas dan tanpa akhlak, jangan mengejar kesenangan duniawi semata, dan jangan mengembangkan budaya fitnah. Hal tersebut diserukan Presiden Yudhoyono saat menerima pengasuh pondok pesantren se-Indonesia dan pengurus tingkat pusat dan wilayah Rabithah Ma`ahid Islamiyah (RMI) di Istana Negara, Senin. "Janganlah kita menggunakan kebebasan tanpa batas dan tanpa akhlak. Berbahaya," pesan Presiden di hadapan sedikitnya 300 orang tamu undangan yang sebagian besar mengenakan kain sarung itu. Menurut Presiden, di masyarakat manapun kalau kebebasan menjadi panglima dan tanpa batas, tidak peduli kebebasan itu mengganggu yang lain atau tidak disertai akhlak, hampir pasti masyarakat itu akan runtuh. "Mari kita gunakan kebebasan dengan tanggungjawab yang tinggi. Demokrasi harus mekar, kebebasan harus hadir di negeri ini tapi kebebasan yang bertanggung jawab dengan akhlak," tegasnya. Sedangkan, "jangan" yang kedua adalah jangan membiarkan masyarakat Indonesia mengejar kesenangan duniawi semata. "Kesenangan duniawi yang berlebihan biasa disebut dengan hedonisme," katanya. Salah satu bahaya globalisasi adalah tumbuhnya gaya hidup global yang kadang-kadang hedonistik dan mengejar kesenangan duniawi semata, ujar Presiden. "Mari kita cegah gaya hidup seperti ini berkembang di Indonesia. Islam mengajarkan bahwa dalam hidup harus ada keseimbangan dunia dan akhirat. Apalagi bagi Indonesia yang sedang membangun, bila ada kelebihan tolonglah bantu kaum dhuafa dan yang masih memerlukan bantuan," katanya. "Jangan" yang ketiga, lanjut Kepala Negara, adalah jangan mengembangkan budaya fitnah. "Hati-hati. Jangankan pemimpin atau tokoh. Siapapun harus hati-hati dalam bertutur kata. Bayangkan kalau negara kita dalam lautan fitnah. Menuduh orang sembarangan, dosanya luar biasa," kata Presiden. Presiden mengatakan, orang yang dituduh punya keluarga dan fitnah lebih kejam daripada pembunuhan. Pada kesempatan itu Presiden juga mengajak para pengasuh pondok pesantren untuk menjadikan pondok pesantren sebagai lembaga yang konsisten dalam pendidikan agama Islam. Presiden berpesan agar kualitas sumber daya manusia insani yang berakhlak mulia, rasional dan mandiri dalam mengahadapi persaingan di antara berbagai negara di dunia ditingkatkan. Kepala Negara juga berpesan kepada Sekertaris Kabinet Sudi Silalahi untuk menyampaikan pesannya kepada Menteri Pendidikan Nasional Bambang Sudibyo agar memberikan perhatian sungguh-sungguh terhadap keberadaan pesantren di seluruh tanah air serta memberikan bimbingan, pembinaan dan bantuan agar ribuan pondok pesantren yang ada terus maju dan berkembang sehingga membawa manfaat bagi umat, bangsa dan negara. Selain 25 pimpinan wilayah RMI se-Indonesia, nampak hadir dalam acara tersebut antara lain adalah Menteri Agama Maftuh Basyuni, Sekretaris Kabinet Sudi Silalahi dan Ketua PB NU Rozy Munir. (*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007