Secara teori penguatan rupiah dipicu fundamental kita yang optimistis, sehingga memicu pelaku pasar asing tertarik masuk ke dalam negeri."

Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Rabu sore, bergerak menguat delapan poin menjadi Rp13.275 dibandingkan sebelumnya pada posisi Rp13.283 per dolar Amerika Serikat (AS).

Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada di Jakarta, Rabu mengatakan bahwa pernyataan positif dari Dana Moneter Internasional (IMF) yang mengapresiasi keberhasilan Indonesia dalam menjaga kinerja makroekonomi dan stabilitas sistem keuangan direspon positif pelaku pasar sehingga mata uang rupiah mengalami penguatan.

"Menjelang pertemuan The Fed tampaknya sikap pelaku pasar tidak khawatir sehingga rupiah mengalami apresiasi terhadap dolar AS. Fundamental ekonomi nasional yang kuat menjadi salah satu faktor positif bagi pelaku pasar uang di dalam negeri," katanya.

Ia menambahkan bahwa dengan kondisi fundamental yang positif maka juga akan memicu pelaku pasar asing untuk masuk ke dalam negeri dan menempatkan dananya dalam bentuk investasi yang akhirnya mendorong permintaan rupiah meningkat.

"Secara teori penguatan rupiah dipicu fundamental kita yang optimistis, sehingga memicu pelaku pasar asing tertarik masuk ke dalam negeri," kata dia.

Research Analyst FXTM, Lukman Otunuga menambahkan bahwa salah satu faktor yang menahan dolar AS yakni hasil keputusan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC). Perangkat FedWatch CME Group menunjukkan The Fed akan menaikkan suku bunga AS pada Juni.

"Apabila tidak ada kejelasan dari The Fed mengenai kebijakan moneter mendatang dan jadwal kenaikan suku bunga berikutnya, maka dolar AS berpotensi semakin tertekan," katanya.

Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Rabu ini mencatat nilai tukar rupiah bergerak menguat ke posisi Rp13.286 dibandingkan hari sebelumnya (Selasa, 13/6) Rp13.294 per dolar AS.

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2017