Sekolah seharian penuh ini menjadi istilah lain untuk sekolah lima hari alias full day school yang digagas menteri ini. Siswa akan berada di sekolah selama delapan jam sehari namun hanya dalam lima hari sepekan saja ketimbang saat ini enam hari. Beleid ini menimbulkan polemik di masyarakat dan kalangan pendidik.
Hari ini, Effendi juga dipanggil Presiden Jokowi, di Kantor Kepresidenan, untuk membicarakan berbagai hal seputar sekolah seharian penuh ini.
"Kami menyerap saran dan diseminasi soal Penguatan Pendidikan Karakter menilik kurang lancarnya sosialisasi yang menimbulkan kesalahpahaman di berbagai pihak," kata Effendi, di Gedung MUI Pusat, Jakarta, Rabu.
Sementara itu Amin mengatakan, MUI menyambut baik kebijakan baru soal sekolah lima hari.
MUI, kata dia, sedang merumuskan sejumlah rekomendasi terkait kebijakan pendidikan yang menuntut sekolah agar melangsungkan jam belajar delapan jam sehari lima hari sepekan.
Salah satu rekomendasi yang diajukan adalah sekolah lima hari itu agar sifatnya tidak wajib atau opsional bagi sekolah yang ada.
(Baca: Ganjar: sekolah lima hari bisa diterapkan secara gradual)
Dengan begitu, kata dia, sekolah yang belum mampu menyelenggarakan sekolah lima hari bisa menyelenggarakan sekolah selama enam hari dengan sejumlah catatan.
Terlebih terdapat beberapa madrasah diniyah, pondok pesantren dan sekolah keagamaan lainnya terancam keberadaannya. Atas hal itu, MUI meminta Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan cermat dalam mengupayakan koordinasi antara sekolah dengan sekolah informal agar bersinergi.
Pewarta: Anom Prihantoro
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2017