... agar tidak terjadi kepanikan di masyarakat...
Jakarta (ANTARA News) - Marawi di Pulau Mindanao tengah bergolak karena pendudukan dari gerombolan bersenjata ISIS. Bagaimana Indonesia --terkhusus TNI-- menyikapi dan mencegah mereka masuk Indonesia?


Pengamat intelijen dari Universitas Indonesia, Ridlwan Habib, mengatakan, TNI perlu melakukan sejumlah kiat tertentu.


Di antaranya patroli tertutup dalam mengantisipasi kelompok ekstrimis pro-ISIS, yakni Maute dari Filipina, masuk ke Indonesia, agar tidak menimbulkan kepanikan masyarakat.

"TNI AL harus patroli tertutup. Tidak perlu menggunakan seragam maupun kapal besar. Ini agar tidak terjadi kepanikan di masyarakat," ujar Habib di Jakarta, Rabu.

Ia mengatakan, memang ada kemungkinan gerilyawan pro-ISIS Marawi menyeberang ke Sulawesi Utara. Gerombolan bersenjata ini, menurut dia, memiliki jalur rahasia untuk masuk ke Indonesia.

"Mereka punya jalur-jalur tikus yang sudah belasan tahun digunakan, ini harus diantisipasi TNI. Di dalam kota-kota terluar juga harus dilakukan pemantauan Intelijen, terutama jika ada pendatang tidak dikenal, polisi harus melibatkan masyarakat agar bisa waspada," katanya.

Hingga saat ini pertempuran antara militer Filipina dengan gerombolan ekstrimis pro-ISIS yakni Maute, di Marawi, Filipina, tak kunjung usai.

Habib mengatakan masih ada 300-an pasukan pro-ISIS yang menguasai sudut kota Marawi, dan mereka juga memiliki akses transportasi laut.

Pemerintah Filipina juga telah mengajak sejumlah enam negara, yaitu Australia, Malaysia, Brunei Darussalam, Selandia Baru, termasuk Indonesia untuk ikut membantu menggempur kelompok Maute di Marawi guna mencegah meluasnya kelompok pro-ISIS di kawasan Asia Tenggara.

Pewarta: Rangga Jingga
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2017