Jakarta (ANTARA News) - Ada orang-orang yang ingin belajar agama Islam, namun masih terlalu sungkan untuk ikut pengajian di masjid.


Komunitas Terang Jakarta ingin menggandeng mereka yang berpikiran seperti itu dengan mengadakan kajian dengan cara yang lebih pop, diskusi sambil nongkrong di mal.


Dimas Wibisono, ketua umum Komunitas Terang Jakarta, pernah bekerja di dunia hiburan yang tidak semuanya diisi orang-orang agamis.


Berawal dari kebingungan mencari sumber ilmu agama, dia memutuskan membuat sesi bertukar pikiran soal Islam dengan konsep nongkrong bareng.


Kajian perdana dilakukan di sebuah restoran di Pondok Indah Mal. Dimas sengaja membuat flyer promosi yang serupa dengan undangan pesta.


"Ternyata pas datang isinya tausiyah. Yang datang awal-awal mungkin merasa seperti terjebak," canda Dimas saat berbicara di SMESCO Halal Lifestyle di Jakarta, Selasa (13/6).


Maka, Komunitas Terang Jakarta sengaja menggandeng ustaz yang bisa "klik" dengan orang-orang yang jadi sasaran Komunitas Terang Jakarta. Dengan demikian, nilai-nilai agama bisa disampaikan dengan baik karena mereka berada di "satu frekuensi".


"Ustaz Abi Makki jadi pembina, juga ada ustaz Abu Fida," katanya.


Kepada ANTARA News, Dimas mengatakan kajian awal hanya diikuti tujuh peserta. Dalam setahun, komunitas ini sudah diikuti sekitar 2000 orang. Komunitas Terang Jakarta pun jadi wadah hijrah bagi mereka yang pernah punya cerita di masa lalu, misalnya orang yang dulu jadi bandar narkoba.




Selain kajian yang dilakukan secara tatap muka, diskusi soal agama juga dilakukan lewat delapan grup Whatsapp, dua di antaranya khusus untuk perempuan. Tanya jawab dengan pembina bisa dilakukan di situ.


Setiap grup punya kategori tersendiri, ada grup khusus untuk mereka yang baru hijrah sampai grup untuk mereka yang sudah punya dasar ilmu agama.


"Ada beberapa orang suka enggak nyaman, baru hijrah, misalnya orang yang punya tato, terus masuk grup bahasannya langsung soal tafsir," dia mencontohkan.


Lewat komunitas ini, dia ingin mengubah kesan bahwa orang yang hijrah tidak mesti berubah drastis jadi "tidak asyik".


"Tetap bisa nongkrong seperti dulu, tapi sebelum pergi shalat dulu. Tetap gaul tapi ada batasannya," kata dia.


Ke depannya, dia ingin Komunitas Terang Jakarta bisa rutin mengadakan kajian di berbagai titik Jakarta. Tempat utama yang disasar tetap mal atau rumah agar bisa menjangkau mereka yang masih malas atau malu-malu ke masjid.


"Tapi kalau mereka sudah langsung nyaman di masjid ya alhamdulillah," imbuh dia.


Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2017