Sidoarjo (ANTARA News)- Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS) mewaspadai 60 titik semburan baru yang berada di Desa Siring, Renokenongo, Mindi, Pejarakan, dan Kedungcangkring, Sidoarjo, pasalnya dimungkinkan titik semburan baru yang hanya mengeluarkan air dan gas itu bisa berubah menjadi titik semburan lumpur. Humas BPLS Ahmad Zulkarnain saat ditemui di sekitar semburan lumpur Porong, Sidoarjo, Senin, mengemukakan, saat ini semburan baru itu masih terus dipantau. Upaya ini terus dilakukan, untuk mewaspadai jika kemungkinan itu sewaktu-waktu terjadi. "Namun yang terpenting saat ini, yakni berkonsentrasi pada penutupan pusat semburan yang berada di dekat tanggul cincin (pusat semburan lumpur Lapindo)," ucap. Menurut dia, untuk menangani pusat semburan yang berada di tanggul cincin, pihaknya tidak ingin ceroboh dalam bertindak, karena dikhawatirkan jika ceroboh menangani, maka 60 titik semburan baru itu sulit ditangani. Terkait dengan konsep penutupan semburan yang ditawarkan oleh beberapa institusi seperti ITS, ITB dan Jepang, Zulkarnain menyatakan, BPLS masih mengkaji konsep-konsep itu dan belum menerapkan di lapangan. Saat ini BPLS meminta pada institusi tersebut, untuk menggambarkan secara arsitektural mengenai anatomi di bawah pusat semburan. "Setelah digambarkan, BPLS meminta pada mereka menentukan langkah yang harus diambil dalam menutup pusat semburan itu," tegasnya. Ia menuturkan, BPLS masih mengkaji konsep usulan tim insersi bola beton dari ITB. Mereka juga diminta membuat kajian mengenai anatomi bawah permukaan pascadilakukannya insersi tahap pertama sebanyak 374 untai dan tahap kedua yang terhenti sampai dengan 24 untai bola beton. Setelah dilakukan kajian, tim dari ITB diisyaratkan membuat kembali proposal pada BPLS untuk insersi lanjutan. "Proposalnya sudah dibuat dan diterima BPLS, tapi sampai kini belum diputuskan," tuturnya. Dampak insersi bola-bola beton yang dilakukan akhir Februari 2007 lalu, dan dilanjutkan dengan insersi tahap kedua hingga kini belum pernah dirilis secara resmi ke media massa. Namun pada proses insersi tahap pertama, 18 Maret 2007 lalu, semburan lumpur sempat terhenti selama 35 menit. Belum didapatkan kepastian apakah itu merupakan dampak dari insersi bola beton. Metode dari tim ITB ini bertujuan mengurangi energi semburan lumpur. Cara ini dipilih, karena relatif lebih aman dibanding menutup pusat semburan yang berdampak pada keluarnya seburan-semburan baru di sekitar pusat semburan. (*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007