Jakarta (ANTARA News) - Indonesia akan mengintensifkan negosiasi perpanjangan kontrak gas alam cair (LNG) dengan Jepang, termasuk beberapa kemungkinan yang dapat dilakukan kedua pihak. "Kita persiapkan neraca gas untuk membicarakan sejumlah kemungkinan perpanjangan kontrak gas dengan Jepang," kata Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla, ketika dikonfirmasi agenda kunjungan kerjanya ke Jepang 22-27 Mei 2007, di Palembang, Senin. Ditemui usai menghadiri Musyawarah Nasional Ikatan Alumni Universitas Sriwijaya (Unsri), ia mengatakan dalam kunjungan sepekan ke Negeri Sakura, pihaknya akan berbicara tentang situasi perkembangan global di Asia terkait hubungan RI dan Jepang terutama di bidang ekonomi. "Jepang juga akan berbicara banyak soal energi dan gas. Karena itu, kita juga pesiapkan neraca gas serta berbagai kemungkinan tentang perpanjangan kontrak gas dengan mereka," kata Jusuf Kalla. Kontrak pengiriman LNG ke Jepang akan habis pada 2010-2011. Pihak Jepang beberapa kali mendesak agar pembicaraan untuk perpanjangan kontrak segera dilakukan. Negosiasi tertunda karena menunggu selesainya neraca gas nasional yang akhirnya diumumkan pemerintah pada 4 Mei 2007. Pemerintah membagi kebutuhan neraca gas ke sebelas region. Dari neraca gas tersebut terlihat dalam kurun waktu 2007-2015, defisit pasokan gas masih terjadi hampir di seluruh wilayah Indonesia. Defisit terjadi karena tidak sebandingnya pasokan maupun rencana produksi gas dengan kebutuhan maupun permintaan. Misalnya, Region I Nanggroe Aceh Darussalam dan Region VI Kalimantan Bagian Timur dihitung defisit, karena ada komitmen ekspor gas alam cair yang harus dipenuhi. Sementara Region III yang mencakup Sumatera Bagian Tengah, Sumatera Bagian Selatan, dan Jawa Bagian Barat terhitung defisit karena kebutuhan industri, pabrik pupuk, pembangkit listrik, maupun gas kota. Sedangkan, defisit pasokan gas di wilayah Jawa Bagian Barat diatasi dengan upaya pengalihan (swap) gas antara badan usaha milik negara yang terkait dalam produksi dan penyaluran gas. Upaya ini pun gagal dilakukan karena kendala seretnya produksi maupun keterlambatan penyelesaian proyek infrastruktur gas. Pasokan gas untuk industri keramik mengalami penurunan dari 85 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) menjadi 65 MMSCFD sejak April 2007. Sepekan lalu, volume pasokan gas turun lagi menjadi 60 MMSCFD, diikuti penurunan tekanan dari 0,5 bar menjadi 0,2 bar. Akibatnya, industri keramik gagal menghasilkan produk bermutu. (*)
Copyright © ANTARA 2007