Jakarta (ANTARA News) - Musisi dan pelaku bisnis Setiawan Djody kembali merilis album baru "Opera Raksasa Biru" yang berisikan sebuah pesan "Warning! Global Warming".
"Ini bukan urusan menjual CD, tapi bagaimana agar pesan ini sampai kepada masyarakat seluas-luasnya dan agar pesan ini didengar oleh pemerintah," kata Setiawan Djody saat peluncuran albumnya, di Djakarta Theater, Minggu malam.
Lewat lagu-lagu beraliran rock, salah seorang pendiri band "Kantata Takwa" itu secara konsisten mengingatkan akibat dari terjadinya pemanasan global.
"Awalnya saya tersentuh dengan tsunami, lalu saya menulis lirik `Melawan Bunga Hitam`," paparnya.
Djody menulis, "Setelah matahari muncul di cakrawala/ Setelah langit membiru, bumi bergetar/Bunga gelombang menggulung menggunung/Serambi damai jadi Neraka".
Tsunami yang sangat menyentuh Djody juga dituangkannya lewat lagu "Serambi Cinta" yang merupakan reinkarnasi dari lagu 'Bengawan Solo' yang digubah oleh Gesang.
Selain album, Djody juga berniat melanjutkan kampanyenya lewat sebuah buku yang akan menjelaskan tentang dampak pemanasan global serta video yang akan berisi tentang "bagaimana sekarang orang Eskimo mencari ikan salmon di padang pasir".
"Dunia sedang menghadapi global warming, contohnya kemarin terjadi gelombang pasang. Itu bagian dari efek global warming," ujarnya.
Djody memilih untuk berkampanye lewat musik daripada lewat politik, karena ia merasa pesan itu akan lebih mudah diserap masyarakat.
"(Kampanye) lebih baik lewat musik karena kalau lewat partai pun banyak yang tidak percaya," katanya.
Album yang dikerjakan Djody selama 2,5 tahun itu tidak hanya mengisahkan tentang bencana pemanasan global, juga mengenai politik seperti dalam lagu "Si Badu" yang diangkat dari puisi yang ditulis Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Tema cinta juga ditulis Djody, meskipun bukan hanya kisah cinta antar manusia, tapi "cinta yang lebih global". (*)
Copyright © ANTARA 2007