Jakarta (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dijadwalkan akan menghadiri puncak peringatan Hari Raya Waisak ke-2551, di Candi Borobudur, Jawa Tengah, pada 1 Juni 2007 mendatang. Kepastian kehadiran Presiden Yudhoyono itu disampaikan Ketua Umum Perwakilan Ummat Budha Indonesia (Walubi), Hartati Murdaya, usai bersama panitia peringatan Hari Waisak bertemu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Kantor Presiden, Jakarta, Senin. Turut hadir dalam pertemuan tersebut Menteri Agama M Maftuh Basyuni dan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik. Menurut Hartati, pada Jumat (1/6) malam, selain menghadiri puncak perayaan Dharma Santi Waisak, Presiden juga sekaligus akan membuka perlombaan pembacaan kitab suci Tripitaka. Ia mengatakan sebelum melaksanakan ritual Hari Raya Waisak di Candi Borobudur, ummat Budha mengawalinya dengan melakukan berbagai kegiatan sosial antara lain membersihkan taman makam pahlawan. Pada 25-26 Mei juga akan digelar pelayanan kesehatan terhadap sekitar 7 ribu pasien, seperti operasi katarak, bibir sumbing, THT, dan lain-lain di pelataran Candi Borobudur. Kegiatan tersebut didukung 274 dokter dan 250 relawan. Sedangkan pada 30-31 Mei akan diselenggarakan upacara pengambilan air berkah di Temanggung dan Grobogan yang kemudian disakralkan di Candi Mendut. "Puncaknya pada 1 Juni mulai pukul 08.00 WIB ummat Budha berbagai aliran, sekte, dan majelis yang ada akan melaksanakan ritual menyambut detik-detik Waisak, termasuk semadi bersama, yang dilanjutkan prosesi membawa sarana puja dari Candi Mendut ke Borobudur pada sore harinya," katanya. Sendratari Enam Negara Sementara itu, Menbudpar Jero Wacik mengemukakan dalam rangkaian itu juga akan digelar Sendratari enam episode 'Riwayat Hidup Sang Budha' yang melibatkan enam negara, termasuk Indonesia. Kelima negara lainnya adalah Vietnam, Laos, Kamboja, Thailand, dan Myanmar. Indonesia mendapat kesempatan mementaskan episode Sang Budha melakukan Khotbah Dharma yang pertama. "Ini cara kita mengemas kebudayaan untuk menjadi sarana persahabatan antarbangsa," kata Jero Wacik. Sedangkan terkait dengan kabar dikeluarkannya Candi Borobudur dari salah satu keajaiban dunia, Jero Wacik menjelaskan pada 2006 lalu dirinya dan pakar pendidikan Arief Rachman telah mengklarifikasi hal itu. "Memang pernah ada bekas pegawai UNESCO yang membuat angket tentang mana saja di dunia ini yang bisa menjadi keajaiban dunia. Hasilnya Borobudur bukan termasuk 7 besar keajaiban dunia," katanya. Tetapi, lanjutnya, cara penilaian terhadap peninggalan dunia yang menjadi keajaiban dunia seharusnya tidak dilakukan dengan cara seperti itu. "Di mata kita dan UNESCO, Borobudur tetap salah satu keajaiban dunia. Angket bisa berubah, mana yang populer dan tidak," katanya. Karena itu, lanjut dia, pihaknya tetap optimis untuk mempromosikan Candi Borobudur dan candi-candi lainnya, seperti Prambanan dan Mendut, karena candi-candi itu adalah milik bangsa yang harus dibanggakan. Senada dengan itu, Hartati Murdaya menjelaskan cara yang digunakan melalui angket itu jelas tidak benar. "Presiden juga tidak setuju dengan pendekatan seperti ini, sebab keajaiban dunia tidak bisa diukur dengan banyaknya kunjungan ke tempat tersebut. Kunjungan itu bisa sesuatu yang direkayasa padahal keajaiban tetap keajaiban," katanya. (*)
Copyright © ANTARA 2007