"Menyediakan jaringan broadband di pesawat sama baiknya seperti di darat," kata Solution Manager Nokia Indonesia, Iman Hirawadi, saat jumpa pers di Jakarta, Senin sore.
Sistem yang akan diluncurkan di Eropa pada kuartal ketiga tahun ini menghubungkan base station di darat dengan perangkat penerima jaringan LTE di pesawat, lalu akan disebarkan melalui Wi-Fi.
Selama ini, jaringan internet yang disediakan di penerbangan menggunakan satelit sehingga penumpang terkendala kecepatan koneksi dan harga yang relatif mahal.
Dengan jaringan ini, Nokia meyakini penumpang dapat memakai broadband dengan harga yang lebih murah dan kecepatan mirip dengan di darat.
Keuntungan bagi penumpang, mereka bisa menikmati inflight entertainment, hiburan di pesawat seperti video dan media sosial, secara real time maupun memesan makanan melalui perangkat mereka.
Maskapai dapat memperbarui inflight entertainment mereka secara real time serta memasang kamera pengawas yang dapat dimonitor oleh kru di darat, dengan tambahan keamanan.
Sementara itu, bagi kru kabin, jaringan tersebut berguna untuk memperbarui informasi maupun membantu transaksi dengan kartu kredit untuk pembelian di pesawat.
"Transaksi kartu kredit di pesawat bisa divalidasi dengan baik," kata dia.
Selain itu, peralatan yang dibawa dalam pesawat untuk teknologi air to ground ini hanya berbobot 13 kilogram, jauh lebih ringan dibandingkan dengan teknologi satelit yang mencapai 100 kilogram untuk onboard equipment.
Selama ini, hanya pesawat besar yang memiliki jaringan internet di dalamnya.
"Peralatan onboard 13 kilogram, artinya lebih banyak pesawat yang bisa pakai," kata dia.
Ia mengklaim ini merupakan proyek air to ground perdana di dunia.
Iman menyatakan setelah diluncurkan di beberapa negara Erop pada kuartal ketiga, ada potensi di tempat lain termasuk di Amerika dan Asia.
Pewarta: Natisha Andarningtyas
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2017