Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Senin sore, bergerak melemah 21 poin menjadi Rp13.311 dibandingkan sebelumnya pada posisi Rp13.290 per dolar Amerika Serikat (AS).
"Nilai tukar rupiah melemah karena investor mulai mengantisipasi kenaikan suku bunga acuan (Fed Fund Rate/FFR) dalam Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pada 13-14 Juni ini," kata Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih di Jakarta, Senin.
Ia mengatakan bahwa sebagian investor mulai bereaksi pada awal pekan ini mengantisipasi pertemuan the Fed itu. Konsensus memperkirakan ada kenaikan suku bunga acuan pada pertemuan itu sebesar 25 basis poin (bps) sehinnga menjadi 1-1,25 persen dari saat ini 0,75-1 persen.
"Biasanya menjelang pertemuan the Fed ini, ada respon penguatan mata uang USDolar sehingga mata uang utama dunia lainnya akan melemah," katanya.
Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada mengatakan bahwa fundamental ekonomi nasinal yang relatif kondusif menjadi salah satu faktor yang menahan depresiasi rupiah lebih dalam terhadap dolar AS.
"Kemungkinan arah rupiah pada pekan ini akan dipengaruhi oleh sentimen suku bunga acuan AS. Namun, pengaruh eksternal itu diperkirakan bersifat jangka pendek," katanya.
Ia menambahkan bahwa harga minyak mentah dunia yang relatif mulai stabil setelah tekanan dalam beberapa hari terakhir ini juga turut menjadi salah satu faktor yang menjaga rupiah tidak tertekan signifikan terhadap dolar AS.
Terpantau harga minyak jenis WTI Crude menguat 0,24 persen menjadi 45,94 dolar AS per barel, dan Brent Crude naik 0,35 persen menjadi 48,32 dolar AS per barel.
Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Senin mencatat nilai tukar rupiah bergerak mendatar atau stagnan di posisi Rp13.292 per dolar AS.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2017