Batam (ANTARA News) - Lembaga Swadaya Masyarakat bidang lingkungan, Greenpeace mendukung peralihan konsumsi bahan bakar minyak (BBM) dari Premium ke Pertalite di Kepulauan Riau karena lebih ramah lingkungan.
Team Leader Kampanye Perubahan Iklim dan Energi Greenpeace Indonesia, Hindun Mulaika, dalam siaran pers di Batam, Kepri, Senin, menyatakan perubahan konsumsi bahan bakar ke Pertalite merupakan tahapan menuju udara bersih dan ramah lingkungan.
"Untuk menuju udara bersih dan bebas polusi memang diperlukan perubahan bertahap. Dan itu bisa dimulai dari perubahan Premium ke Pertalite, menuju ke oktan yang lebih tinggi lagi," kata Hindun.
Menurut Hindun perubahan tidak bisa secara tiba-tiba, di tengah kesadaran masyarakat akan pentingnya kualitas udara yang bersih dan sehat masih rendah.
Apalagi, perubahan itu menyangkut juga pada masalah harga bahan bakar.
"Untuk itu, perubahan dari Premium ke Pertalite itu bisa relevan, karena Pertalite memiliki oktan lebih tinggi dibandingkan Premium," kata dia.
Selain perubahan penggunaan bahan bakar, dibutuhkan dukungan pemerintah daerah dalam mempersiapkan infrastruktur angkutan massal.
Penyiapan itu harus dilakukan sejak dini, agar tidak terlambat seperti Jakarta yang sudah sangat polutif.
Bahan bakar Pertalite yang diluncurkan dua tahun lalu memiliki memiliki banyak keunggulan dibandingkan Premium, di antaranya Pertalite dengan RON 90 memiliki nilai oktan yang lebih tinggi dibandingkan Premium dengan RON 88.
Dijual dengan harga lebih rendah dibandingkan Pertamax, Pertalite tidak mengandung timbal serta memiliki kandungan sulfur maksimal 0,05 persen m/m atau setara dengan 500 ppm.
Sementara itu, warga Batam, Miralza Diza mengaku lebih memilih Pertalite dibanding Premium.
"Waktu pakai Premium, saya biasa mengisi Rp200 ribu untuk seminggu. Ternyata setelah mempergunakan Pertalite, saya beli dengan biaya yang sama, habisnya pun tetap seminggu," kata Miralza.
Pewarta: Jannatun Naim
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2017