Manado (ANTARA News) - Pemerintah pusat melalui Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) akan melakukan penelitian terhadap manfaat penemuan ikan coeleacanth, spesies ikan purba yang diduga masih hidup sejak 65 juta tahun di perairan Sulawesi Utara (Sulut) itu.
"Menteri Kelautan dan Perikanan, Freddy Numberi, telah menyatakan akan meneliti dan mencari tahu manfaat dan kegunaan ikan purba coeleacanth itu bagi manusia, terutama bagi dunia medis," kata Gubernur Sulut, SH Sarundajang, di Manado, Senin.
Apalagi ikan coeleacanth dengan spesies masih hidup 'Latimeria Menadoensis', merupakan sejenis ikan yang sistem keturunannya beranak atau tidak bertelur seperti jenis ikan lain, karena memiliki paru-paru.
Sejumlah ilmuwan kelautan dari Amerika dan Eropa telah melakukan kontak dengan Pemerintah Propinsi (Pemprop) Sulut, untuk melakukan penelitian temuan ikan itu, karena selama ini telah disebutkan punah di kehidupan muka bumi.
"Sejumlah ilmuwan akan datang melihat langsung ikan dengan penuh keunikan, terutama meneliti otak yang diduga memiliki minyak ikan berkhasiat serta sirik luar cukup bagus dilihat," kata Gubernur.
Temuan ikan itu semakin memperkuat julukan Kota Manado sebagai Raja Ikan (coeleacanth), karena hanya di perairan laut Sulawesi lah pada kedalaman 200-900 meter memiliki habitat ikan yang diduga tinggal enam ekor itu.
Coeleacanth adalah spesies ikan berasal dari cabang evolusi tertua dan masih hidup sebagai ikan berahang. Ikan itu sejak akhir masa `Creataceous` 65 juta tahun lalu, sebuah spesimen ditemukan di perairan Chalumna, Afrika Selatan tahun 1938.
Kemudian berlanjut ke perairan Manado Tua, Sulut, Kenya, Tanzania, Mozambik, Madagaskar, Taman Laut St Lucia Afrika Selatan.
Jenis ikan purba coeleacanth, terdiri dari 120 spesies yang diketahui berdasarkan penemuan fosil.
Sebelumnya, ikan itu ditemukan sejumlah nelayan asal Manado, di perairan Teluk Manado, Sulut, Sabtu (19/5), kemudian dikarantinakan sejumlah warga, namun mati pada Minggu, pukul 01:00 wita.
Dugaan penyebab kematian ikan yang memiliki spesies sejak jutaan tahun itu, akibat telah keluar dari habitatnya serta mengalami lemas akibat lama berada di tangan sejumlah nelayan.
"Sejak awal ditemukan ikan itu, kondisinya terus melemah akibat terdampar di perairan Sulawesi," kata J Bahama, nelayan asal Kelurahan Bahu, Manado, penemu ikan itu.
Ikan yang sebelumnya dikarantinakan di perairan Manado itu, sempat menjadi tontonan menarik sejumlah warga, karena keunikan lain dari sejenis ikan-ikan yang ada di perairan Sulut. (*)
Copyright © ANTARA 2007