Direktur Jenderal Perikanan Budidaya KKP Slamet Soebjakto, Minggu, menyatakan, upaya KKP membenihkan rajungan secara massal juga untuk menyelamatkan stok di alam.
Menurut Slamet, saat ini pemanfaatan dari komoditas bernilai ekonomi tinggi tersebut dinilai cenderung eksploitatif.
"Kita tentu prihatin dengan kondisi ini, oleh karena itu perlu ada upaya konkrit bagaimana memulihkan ketersediaan stok rajungan ini," katanya.
Menurut dia, peran teknologi budidaya bisa didorong dalam rangka sebagai penyangga stok bagi komoditas yang terancam seperti rajungan.
Berdasarkan data BPS, volume ekspor rajungan dan kepiting Indonesia pada 2015 mencapai 29.038 ton dengan nilai 321.842 dolar AS.
Slamet menjelaskan, bahwa Permen KP no 52 tahun 2016 merupakan perangkat untuk melakukan tindakan preventif bagi perlindungan komoditas termasuk di dalamnya adalah rajungan.
Sebelumnya, pengamat sektor kelautan dan perikanan Abdul Halim menyatakan, Indonesia mesti memprioritaskan pembangunan kelautan berkelanjutan berbasis kelestarian sumber daya laut dan kesejahteraan masyarakat pesisir.
"Pembangunan kelautan berkelanjutan harus dijadikan sebagai filosofi pengelolaan laut dan sumber daya alam yang dikandungnya oleh 193 negara anggota PBB, termasuk Indonesia," kata Abdul Halim dalam pernyataan menyambut Hari Kelautan Internasional yang dirayakan setiap tanggal 8 Juni di Jakarta.
Pada 5-9 Juni 2017 dalam rangka merayakan Hari Kelautan Internasional tersebut, PBB menyelenggarakan Konferensi Kelautan bertajuk Our Oceans, Our Future: Partnering for The Implementation of Sustainable Development Goal 14 di New York, Amerika Serikat.
Salah satu Sasaran Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals) nomor 14 adalah pemanfaatan dan perlindungan laut dan sumber daya alam yang dikandungnya secara berkelanjutan.
Pewarta: Muhammad Razi Rahman
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2017