Bogor (ANTARA News) - Gema shalawat Nabi Muhammad SAW menandai wisuda lulusan Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu dan Sekolah Menengah Atas Islam Terpadu (SMAIT) Insantama, Kota Bogor, Jawa Barat, Sabtu sore.
Lantunan shalawat nabi yang dikumandangkan puluhan wisudawan dan wisudawati dari jenjang SMP dan SMA di bawah pengelolaan Yayasan Insantama Cendekia itu diikuti para orang tua yang hadir.
Kegiatan wisuda yang dihadiri pejabat dan pengawas Dinas Pendidikan Kota Bogor, dan bertepatan dengan bulan suci Ramadhan 1438 Hijriah itu semakin bermakna dengan gema shalawat nabi itu. Tampak beberapa yang hadir larut dalam suasana yang religius itu.
Sekolah yang memakai moto "Sekolah Para Juara dan Calon Pemimpin" itu, pada wisuda 2017 ini mengusung tema "Mewujudkan Generasi Cinta Nabi Berbasis Sekolah dan Masjid".
Dalam sambutan pada wisuda itu, Ketua Yayasan Insantama Cendekia Ir Ismail Yusanto, MM, -- yang mengelola sekolah Insantama dari tingkat sekolah dasar hingga menengah -- menekankan pentingnya perbaikan terus menerus.
"Dalam arti, improvement (perbaikan) itu adalah meningkatkan kualitas tiada henti," katanya.
Hasil dari perbaikan dalam rangka peningkatan kualitas itu, katanya, menunjukkan hasil yang nyata di mana untuk jenjang SMA mendapatkan akreditasi A, sedangkan untuk SMP, dalam re-akreditasi kembali mendapatkan predikat A.
Ia menambahkan bahwa pihaknya juga terus mengembangkan sistem pembinaan bagi peserta didik sehingga bisa kompatibel dengan perkembangan yang ada.
Khusus untuk tingkat SMA yang sudah melekat dengan pondok pesantren, kata dia, juga terus dibangun, di mana lulusannya juga sudah bisa menembus Univeritas Al-Azhar yang terkemuka, selain perguruan tinggi negeri (PTN) di Indonesia.
Badan Wakaf
Pada bagian lain, Ismail Yusanto juga menyatakan bahwa kini yayasan sedang mengarah pada pengelolaan pendidikan yang berbasis badan wakaf.
"Sehingga nantinya tidak lagi berpijak pada private ownership yayasan dan pengurusnya, namun dikelola badan wakaf setelah dihibahkan, sehingga menjadi amal jariah yang lebih luas," katanya.
Ia merujuk pada keberhasilan lembaga-lembaga pendidikan yang sudah mendunia yang dikelola oleh semacam badan wakaf itu. Jika di Tanah Air contohnya adalah Pondok Pesantren Modern Gontor.
Sedangkan di mancanegara di antaranya Al-Azhar, Mesir dan Universitas Harvard, yang dulunya adalah seminari, meski untuk mencapai prestasi mendunia itu membutuhkan waktu hingga tiga abad.
"Namun, impian semacam itu, yakni mencapai kualitas yang bermutu mesti terus dicita-citakan dan dibangun," katanya.
Usai acara wisuda, dilakukan pengumpulan dana bagi kepentingan Masjid Pendidikan Insantama, yang membutuhkan dana hingga Rp6 miliar.
Sekolah Islam Terpadu (SIT) Insantama, yang mengelola SDIT, SMPIT dan SMAIT, dengan kampus pusat di Kota Bogor, kini sudah berkembang luas merambah daerah lain di Nusantara.
Pada usia ke-16, jumlah peserta didik dari semula 17 orang, kini pada 2017 sudah mencapai hingga mendekati 1.500 murid.
Jejaring sekolah juga bertambah, di antaranya berada di Serang, Provinsi Banten, Banjar, Jawa Barat, Bekasi (Jabar), Banjar Baru (Kalsel), Makassar (Sulsel) dan Cilegon (Banten).
Kemudian, Leuwiliang, Kabupaten Bogor (Jabar), Bandarlampung (Lampung), Kendari (Sultra), Ternate (Maluku Utara), Malang (Jatim), dan Ciputat, Tangerang Selatan (Banten).
Pewarta: Andi Jauhari
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2017