London (ANTARA New) - Tiga pelaku teror yang membunuh delapan orang setelah menabrakkan sebuah van ke kerumunan pejalan kaki di London Bridge yang kemudian menikam secara membabibuta puluhan orang, ternyata awalnya berusaha menyewa sebuah truk seberat 7,5 ton.
Temuan ini disampaikan oleh kepala unit kontraterorisme London Dean Haydon seperti dilaporkan Reuters.
Dean Haydon juga menyingkapkan fakta lain dari ketiga pelaku teror, yakni ketiga orang ini menyimpang bom Molotov di bagian belakang van yang mereka tubrukkan ke para pejalan kaki itu. Mereka mencabut maut warga London dengan menggunakan pisau keramik warna pink.
Para penyidik juga menemukan sebuah Alquran di rumah mereka dalam kondisi halaman terbuka pada bagian mati syahid.
Temuan-temuan itu, khususnya rencana menyewa truk, menunjukkan bahwa serangan teror itu bisa membunuh orang dalam jumlah yang lebih banyak lagi.
"Kalau sampai bisa mendapatkan truk seberat 7,5 ton, dampaknya bisa jauh lebih buruk," kata Haydon kepada wartawan.
Meskipun ISIS mengaku bertanggung jawab atas serangan itu, Haydon menandaskan tak ada bukti ketiga pelaku --Khuram Butt warga Inggris kelahiran Pakistan, Youssef Zaghba warga Italia dan Rachid Redouane yang punya kaitan ke Libya, Maroko dan Irlandia-- telah diarahkan oleh orang lain, baik dari Inggris maupun dari luar negeri.
Sabtu pagi sebelum serangan teror itu, Butt, yang dianggap otak serasngan ini, pernah berusaha menyewa sebuah truk seberat 7,5 ton, tetapi dia tak mampu membayarnya.
Jika Butt jadi menyewa truk itu mungkin akan terjadi serangan yang mirip dengan serangan truk Juli tahun lalu di Nice, Prancis, ketika sebuah truk seberat 19 ton ditabrakkan ke kerumunan manusia untuk menewaskan 86 orang.
Sebelum pukul 17.00 GMT Sabtu itu. Butt menerima pesan teks yang mengabarkan permintaan sewanya untuk sebuah van Renault telah disetujui.
Pukul 17.30 GMT, ketiga pelaku teror mengendarai van sewaan itu sebelum menjemput Zaghba di rumahnya di London timur.
Pukul 18.38 GMT ketiga pelaku pergi dan dua jam kemudian sampai di London Bridge. Jembatan ini ternyata sudah dua kali bolak balik mereka lalu, dan pada balikkan ketiga mereka akhirnya menyasar pejalan kaki di trotoar jembatan.
Tiga orang tewas di London Bridge akibat ditubruk van yang dikendarai Butt itu. Setelah itu, ketiga pelaku teror eluar dari van dan meninggalkannya begitu saja untuk menyerang orang-orang di dalam bar dan restoran, di area Borough Market yang berdekatan dengan London Bridge.
Ketiga pelaku teror ini masing-masing membawa sebilah pisau keramik warna pink sepanjang 30 cm yang gagangnya sudah dibungkus kulit. Mereka juga mengenakan rompi bom bunuh diri palsu yang diisi botol air minum plastik yang diikat selotip.
Delapan menit setelah polisi menerima tanda bahaya, polisi-polisi bersenjata tiba di lokasi kejadian dan memberondong ketiga penyerang sampai mereka mati semua.
Para korban mati serangan mereka terdiri dari tiga orang Prancis, dua warga Australia, seorang warga Kanada, seorang Spanyol dan seorang Inggris.
Di dalam van ditemukan 13 botol minuman keras yang sudah difungsikan sebagai bom Molotov. Ditemukan juga dua pemicu bom buatan sendiri yang sepertinya akan digunakan untuk serangan kedua. "Ada kemungkinan mereka akan kembali ke van itu (setelah menyerang orang-orang)," kata Haydon.
Di dalam van juga ditemukan kursi, koper dan dua tas yang diyakini Haydon sebagai pemberat bobot kendaraan atau untuk menutupi alasan sebenarnya mereka melakukan kegiatan teror dari keluarga dan teman mereka.
Menurut Haydon, di rumah Hedouane, sebuah apartemen di Barking, London timur, ketiganya merancang dan mempersiapkan serangan teror itu, demikian Reuters.
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2017